Mohon tunggu...
Abdul Azis Hasan
Abdul Azis Hasan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

http://www.about.me/abdulstory

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Antara Kakek, Sepeda Onthel, dan Keikhlasan

9 Januari 2014   11:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:59 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Tua bersepeda itu tak kelihatan kaya, sangat tak kelihatan.. Masuk warung makan, dia langsung menyapa kami, Ramah banget orangnya Dia pun memesan rawon dan segelas es jeruk, Sambil bertanya orang sebelah. sudah makan mas? Masnya pun menjawab , sampon mbah. senyum dia.. Di warung itu semua seperti biasa saja, tak ada hal aneh sama sekali Sampai pak tua itu membayar dan pergi. Barulah orang - orang diwarung itu bertanya - tanya siapa pak tua itu. Pada mulanya seorang karyawan ingin membayar ke ibu penjaga warung " Berapa bu semuanya ? ucap mas karyawan itu. " Sudah dibayar mas. Jawab sang ibu. " lhoh siapa yang bayar ? "Bapak - bapak tua yang naik sepeda onthel tadi" . jawab ibu Lhoh kok bisa? Yang emang begitu mas orangnya, setiap makan pasti selalu ntraktir orang yang ada di warung, itu sudah 2 kali bapak tua itu kesini dan dulunya juga begitu Berarti nggak cuma saya saja buk ya? Iya mas. semua orang sudah dibayar sama bapa tadi Hmm ... siapa sih dia bu? Orang biasa aja kok mas, kerjanya cuma nernak sapi , kalu siang cari rumput .. Kemudian masnya itu pergi dengan tatapan penuh rasa heran Cerita singkat diatas , benar kualami baru - baru ini. Saat itu aku makan di warung dekat SMA ku dulu.Lalu hal apa yang aku dapat dari kejadian pak tua tersebut hingga moment itu masih menancap jelas di benak memori saya. Orang memang tidak bisa dilihat dari penampilan luar saja, lihatlah bapak tua tadi dengan pakaian sederhada dengan sahabat sepeda onthelnya. Orang - orang beranggapan kalau bapak tua seorang miskin dan tak punya apa - apa. Tapi siapa nyana , Bapak itu rela berbagi kepada orang yang tak satupun ia kenal, mentraktir seluruh warung tanpa tahu latar belakang orang yg disitu. Dan hebatnya orang yg ditraktir tak satupun menyadari hingga akhirnya tahu dari penjaga warung. betapa mulianya bapak tua itu, Memberi tanpa orang yang ia beri tahu. (inilah contoh tangan atas memberi , tangan kiri tidak mengetahui ) Saat itu  aku benar - benar diajari apa itu arti ikhlas. Terima kasih bapak tua yang sederhanya  :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun