Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Petani - Pandu Ecoshrimp Indonesia

Pemerhati Lingkungan dan Budidaya Berkelanjutan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pasar Jepang Telusur Masalah Budidaya Udang Windu di Pinrang

13 September 2023   14:52 Diperbarui: 13 September 2023   16:15 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: syahrir/atina

Beberapa tahun belakangan ini produksi udang windu kabupaten Pinrang merosot tajam. Hal ini berdampak pada menurunnya volume ekspor termasuk ke pasar Jepang. Padahal konsumen udang windu di negeri sakura tersebut tetap getol dengan produk ecoshrimp dari Pinrang.

Staf bidang pemasaran dari Alter Trade Japan (ATJ), Mr.Kanegae melakukan kunjungan di kecamatan Lanrisang kabupaten Pinrang, Rabu (13/9). Kedatangan staf dari bidang pemasar udang windu ecoshrimp di Jepang itu untuk menelusuri penyebab menurunnya pasokan udang windu Pinrang di pasar Jepang. Dalam pertemuannya dengan beberapa tokoh petambak udang windu tradisional di Jampue kecamatan Lanrisang, Mr Kanegae berhasil menggali beberapa informasi terkait dengan permasalahan yang dihadapi oleh petambak udang sehingga produksi udang windu mengalami penurunan dari tahun ke tahun.

Zainuddin (56), salah seorang ketua kelompok tani tambak di Lanrisang menyebut beberapa kendala yang dialami petambak selama ini. Selain faktor kualitas air saluran juga persoalan cuaca yang tidak menentu. "Menurunnya mutu air saluran tambak disebabkan oleh muara saluran yang tidak normal," kata Zainuddin. Demikian juga permasalahan kualitas benih udang yang ditebar di tambak  menyebabkan tingkat kelangsungan hidup rendah. ' Namun kita syukuri karena saat ini pemerintah secara bertahap sudah menangani persoalan saluran dan muara saluran tambak," tambah H. Haeruddin.

foto: asa
foto: asa

Hal senada juga diutarakan oleh Ramli alias Ambo Pado, menurunnya produksi udang windu disebabkan pola budidaya yang monoton. Menurutnya, budidaya tambak perlu selingan dengan komoditas lain seperti ikan nila, bandeng dan udang vaname."Ikan nila itu sebaiknya dibudidayakan pada musim hujan dengan sistem campuran dengan udang windu," kata Ambo Pado.

Sementara itu ketua kelompok tani tambak Masarocinnae, Irwan Hamid menjelaskan, tahun ini merupakan musim kemarau panjang. Hal ini menjadi peluang bagi petambak untuk melakukan recovery terhadap lahan tambak. "Selama ini bertahun-tahun jarang ada petambak melakukan pengeringan tambak sampai sempurna seperti saat ini karena faktor cuaca yang sering hujan," kata Irwan.  

Menurut Ambo Pado, produksi udang windu akan meningkat jika diawali dengan persiapan tambak yang sempurna dan penggunaan benih udang yang berkualitas. Oleh karena itu Irwan Hamid berharap agar produksi udang windu segera bangkit dari kemerosotan tiga tahun silam. Harapan Irwan tersebut bukannya tanpa alasan, sebab tahun ini ada program bantuan alat berat (excavator) dan bantuan benur udang windu berkualitas melalui PT Atina untuk petambak udang windu di kecamatan Lanrisang, Suppa, Mattirosompe, Cempa dan Duampanua.

Semua persoalan tersebut yang menjadi penghalang peningkatan produksi udang windu di Pinrang  menjadi catatan khusus bagi Mr. Kanegae untuk dibahas di tingkat manajemen ATJ. Semoga ada solusi.    

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun