Mohon tunggu...
Abdul Salam Atjo
Abdul Salam Atjo Mohon Tunggu... Petani - Pandu Ecoshrimp Indonesia

Pemerhati Lingkungan dan Budidaya Berkelanjutan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Penambak Udang Tradisional Waspadai Perubahan Iklim

18 Oktober 2020   18:06 Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:20 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena pergantian musim dari kemarau ke musim hujan kini mulai terlihat dampaknya pada budidaya udang windu di tambak tradisional. BMKG memprediksi, cuaca ekstrem pada peralihan musim tahun 2020 hingga awal 2021 bakal melanda Sulawesi selatan bagian barat.

Kawasan pertambakan udang di Sulawesi selatan sebagian  besar ( 94%) dikelola dengan mengandalkan kondisi alam. Sistem budidaya udang secara tradisional tersebut dengan produktivitas rata-rata 0,1-0,5 to/ha (DKP Propinsi Sulawesi selatan, 2020). Kontribusi alam terhadap produktivitas tambak tradisional dalam hal penyediaan makanan alami dan kestabilan parameter fisik dan kimia air pada kawasan tambak.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam siaran persnya beberapa waktu lalu menyatakan, pemantauan BMKG hingga akhir Agustus 2020 terhadap anomali suhu muka laut pada zona Ekuator di Samudera Pasifik  menunjukkan adanya potensi La Nina yang berpotensi mengakibatkan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Indonesia termasuk Sulawesi selatan pada saat musim hujan nanti. 

La Nina berkaitan dengan lebih dinginnya suhu muka laut di Pasifik ekuator  dan lebih panasnya suhu muka laut wilayah Indonesia, sehingga menambah suplai uap air untuk pertumbuhan awan-awan hujan di wilayah Indonesia dan menghasilkan peningkatan curah hujan.

Prediksi musim hujan lebih basah dari normalnya berpotensi terjadi bencana banjir. Demikian juga pasang air laut dan angin baratan biasanya bersamaan setiap akhir tahun. Peringatan dari BMKG itu mulai disikapi oleh pembudidaya. Informasi cuaca ekstrem yang diprediksi BMKG disosialisasikan ke kelompok-kelompok pembudidaya udang di lapangan.

Begitu pentingnya petambak memahami fenomena cuaca ekstrem karena dapat berdampak langsung terhadap budidaya. Pembudidaya juga harus memahami  perubahan iklim dan cuaca yang menjadikan suhu tidak stabil. Fluktuasi suhu salah satu indikator yang perlu diwaspadai oleh para petambak, karena fluktuasi  suhu yang terjadi setiap hari dengan tiba-tiba dapat membuat udang kaget dan stres.

 Perbedaan suhu dasar dan muka air tambak juga menjadi penyebab terjadinya stratifikasi oksigen terlarut (DO). Perubahan suhu secara singkat melampaui ambang batas optimal dan terjadinya pelapisan oksigen dapat menghambat pertumbuhan udang atau malah dapat mematikan bagi udang. Itulah sebabnya petambak kadang menemukan udangnya mati satu-satu pada pagi hari di sisi bawah pematang tambak.

Berfluktuasinya suhu perairan dapat berakibat pada air media budidaya udang yang dapat mempengaruhi terhadap populasi plankton di dalam tambak. 

Meningkatnya suhu ekstrim juga berpengaruh terhadap perkembangbiakan berbagai jenis plankton terutama plankton yang merugikan seperti bule green algae dan dapat mempengaruhi pertumbuhan udang bahkan dapat memicu timbulnya penyakit udang seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV), Taura Syndrome Virus (TSV), dan Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). 

Fenomena perubahan cuaca kini mulai berdampak pada  beberapa petak tambak udang windu tradisional di kecamatan Lanrisang, Pinrang. Satu per satu  ekor udang windu umur 35 hari hingga umur jelang panen mulai ditemukan mati pada pagi hari. 

Meskipun belum ada hasil riset dari laboratorium, namun secara visual terhadap kondisi air tambak dan gejala klinis udang mati mirip dengan White Spot Syndrome Virus (WSSF) yakni kondisi udang sebelum mati terlihat lemah di pinggir tambak, tidak responsif, tubuh kemerahan, hepatopankreas pucat, isi perut kosong, berenang miring hingga berputar dan loncat, ada bintik putih pada kulit kepala (Cephalotorax).

Sebelum munculnya penyakit yang menyerang udang di tambak didahului dengan adanya perubahan lingkungan secara drastis. Goncangan parameter kualitas air tambak  sebagai pengaruh dari fenomena cuaca ekstrem menjadi penyebab stres bagi udang. Bila hal ini terjadi secara berkelanjutan memberi peluang patogen menyerang inangnya.

Parameter kualitas air tambak penting diperhatikan petambak ketika terjadi fenomena cuaca ektrem seperti suhu air, pH, salinitas dan kelarutan oksigen. Suhu air berpengaruh terhadap pertumbuhan, nafsu makan, oksigen dan metabolisme udang. 

Suhu optimal untuk budidaya udang adalah 28-32C, Suhu rendah berpengaruh langsung karena dapat menurunkan imunitas sehingga udang gampamg kena penyakit. Itulah sebabnya setelah turun hujan biasanya ditemukan udang menepi di sisi pematang karena stres akibat perubahan suhu secara mendadak. Jika terjadi perubahan suhu pada tambak tradisional tindakan yang dilakukan petambak adalah ganti sebagian air tambak.

Derajat keasaman atau pH air tambak berpengaruh pada metabolisme dan kondisi fisiologi udang. Air hujan kadar alkalinitas rendah salah satu faktor penyebab turunnya pH air tambak. Kisaran pH optimal untuk air tambak adalah 7-8,5. Fluktuasi pH siang melebihi 0,5 dapat menyebabkan udang stres. Agar fluktuasi pH tidak terlalu signifikan maka dapat dilakukan pengapuran, mempertahankan komunitas bakteri dan fitoplankton.

Untuk mengantisipasi dampak kerugian dari perubahan cuaca maka pembudidaya lebih waspada dengan melakukan perbaikan pematang tambak, melakukan panen jika umur udang sudah siap panen. Kalaupun terpaksa masih ada petambak melakukan penebaran sebaiknya padat tebar dikurangi dari jumlah tebaran pada musim sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun