Pendidikan kita, seperti sandiwara dalam sinetron daripada sistem yang serius. Kita berpura-pura pintar dengan kurikulum yang membengkak, ujian yang menyiksa, dan gelar yang menumpuk seolah tak berguna.
Namun, di balik layar, sistem ini gagal total dalam melahirkan generasi yang kritis, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Mengapa Gagal Total? Kurikulum Kuno, Kurikulum kita masih terjebak dalam model hafalan dan menghapal. Materi yang diajarkan seringkali tidak relevan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan dunia kerja dan menciptakan enterpreneur muda.
Guru yang Kelelahan, Guru-guru kita bekerja sangat keras, namun seringkali terbebani oleh beban administrasi yang berlebihan. Akibatnya, waktu yang tersisa untuk mengajar dan berinteraksi dengan siswa menjadi sangat terbatas.
Fokus pada Nilai, Sistem pendidikan kita terlalu berorientasi pada nilai akhir. Akibatnya, siswa lebih fokus pada menghafal daripada memahami konsep.
Kesenjangan yang Mendalam, Kualitas pendidikan di perkotaan dan pedesaan sangat jauh berbeda. Anak-anak dari keluarga kurang mampu kesulitan mengakses pendidikan yang layak.
Minimnya Pendidikan Karakter, Pendidikan karakter yang seharusnya menjadi pondasi utama seringkali terabaikan. Akibatnya, kita melahirkan generasi yang cerdas secara intelektual namun miskin dalam moral, sungguh menjijikan.
Pura-Pura Pintar
Kita seringkali membanggakan prestasi siswa Indonesia dalam olimpiade tingkat nasional hingga internasional Namun, prestasi tersebut hanya dicapai oleh segelintir siswa berbakat dan tidak mencerminkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
Di balik gemerlap prestasi, masih banyak siswa yang kesulitan membaca dan menulis dengan baik.