Pada abad ke-16 hingga ke-18, kafe di Eropa dikenal sebagai "universitas rakyat". Di sana, para filsuf, seniman, dan pemikir berkumpul untuk berdiskusi, bertukar ide, dan tentu saja, bermain catur. Kafe legendaris seperti Caf de la Rgence di Paris menjadi markas para pecatur ulung, termasuk tokoh seperti Napoleon Bonaparte dan Benjamin Franklin. Kopi, dengan kafeinnya yang membangkitkan fokus, menjadi minuman wajib untuk menemani permainan yang membutuhkan konsentrasi tinggi ini.
"Kopi adalah teman setia para pecatur. Ia memberi energi tanpa mengganggu kejernihan pikiran," ujar seorang sejarawan budaya.
Kopi & Permainan Catur di Era Modern
Kini, tren "chess cafs" atau kafe khusus catur kembali populer di kota-kota besar dunia. Dari New York hingga Jakarta, kafe-kafe ini menawarkan papan catur gratis sambil menyajikan racikan kopi spesial. Kombinasi ini tidak hanya menarik para pecatur profesional, tetapi juga pemula yang ingin belajar sambil menyeruput latte.
Semisal Kopi Papan di Bandung: Setiap akhir pekan, pengunjung bisa ikut turnamen catur cepat dengan hadiah voucher kopi gratis.
"Bermain catur di kafe itu seperti meditasi aktif. Kopi membantu saya tetap fokus, tetapi suasana santai membuat saya tidak terlalu tegang," Kata salah seorang mahasiswa yang rutin berkunjung ke kafe catur.
Kopi sebagai 'Senjata Rahasia' Pecatur
Penelitian dari Journal of Cognitive Enhancement (2019) menyebutkan bahwa kafein dalam dosis moderat (sekitar 200 mg) dapat meningkatkan kecepatan berpikir dan memori jangka pendek---dua hal kritis dalam catur. Namun, para pecatur profesional mengingatkan: "Jangan sampai overdosis. Gelisah justru merusak strategi."
Bahkan Magnus Carlsen, juara dunia catur, pernah membagikan ritualnya: Secangkir espresso sebelum pertandingan untuk "membangunkan intuisi".
Filosofi dalam seduhan kopi & permainan catur