Dalam prosesnya, industry kelapa sawit menghasilkan beberapa residu yang dianggap sebagai limbah yang memang berpotensi menjadi beban pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Namun, sebenarnya jika diolah secara maksimal dengan menggunakan teknologi yang tepat, limbah-limbah tersebut akan memberikan nilai lebih yang signifikan bagi industry. Contoh konversi biomassa batang kelapa sawit yang masih bisa diambil niranya bisa menghasilkan bioethanol yang bisa digunakan untuk mengganti bahan bakar fosil. Padahal selama ini batang-batang ini hanya digunakan sebagai mulsar, pupuk, dan pengisi jalan setapak di antara perkebunan.
Sebenarnya banyak juga yang sudah menggunakan limbah kelapa sawit sebagai bahan daur ulang untuk menjadi bahan bakar yang bisa menghasilkan listrik.
Secara umum, limbah utama dari industri kelapa sawit terdiri dari 2 jenis yaitu limbah padat dan limbah cair. Sebenarnya proses ini juga menghasilkan emisi GRK (Gas Rumah Kaca) berupa CO2 dan polutan udara lainnya.
Limbah cair industri kelapa sawit yang paling utama adalah POME atau Palm Oil Mill Effluent, sedangkan limbah padatnya terdiri dari tandan kosong, pelepah , batang dan serat mesocarp. Serat mesocarp dan tandan kosong merupakan limbah yang diperoleh ketika proses produksi berlanjut, sementara pelepah dihasilkan ketika dilakukan pemangkasan pelepah. Limbah batang sawit dihasilkan ini yang perlu diperhatikan oleh pihak PT. Jas Mulia untuk dikelola dengan baik sehingga tidak mudah mencemari lingkungan. Masalah ini ditinjau lagsung oleh Anggota DPRD Luwu Utara Komisi III Rudi Hartono.
"Setelah melalui masa uji coba selama 2 bulan kemudian diresmikan oleh Bupati Luwu Utara pada 15/5/2017 lalu, Pabrik Kelapa Sawit PT. Jas Mulia mulai mendapatkan keluhan dari masyarakat terkait pengelolaan limbah yang kurang baik, dimana limbah yang dihasilkan oleh PKS ini dibuang lagsung pada DAS di desa Minangatallu yang menyebabkan pencemaran terhadap kondisi lingkungan aliran sungai. Pencemaran ini menyebabkan rusaknya ekosistem pada sungai, selanjutnya menyebabkan kematian biota air yang berada pada sekitar aliran sungai.Â
Hal ini juga berdampak pada sektor pertanian masyarakat yang menyebabkan para petani mengurungkan niatnya untuk bersama -- sama turun menanam padi, dikarenakan tercemarnya sungai yang menjadi tongak utama saluran irigasi". Selain limbah cair yang mencemari DAS minangatalu, masyarakat disekitar Kec. Sukamaju juga megeluhkan pencemaran udara yang menggagu pernafasan sebagian masyarakat diwilayah tersebut. Keluhan ini diungkapkan beberapa orang pekerja kebun yang memiliki lahan disekitar PKS PT. Jas Mulia yang lebih merasakan dampaknya karena berada persis didekat lokasi industry".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H