Mohon tunggu...
Abdul Rahman
Abdul Rahman Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Sedang mengenyam perguruan tinggi di institut ummul quro al islami ,

Abdul rahman biasa disapa oman, abdul, dan lain lain tergantung yang memanggilnya hihi, hobi menyiksa kaki dengan menjelajahi hutan hutan belantara sampai menemukan obat penawar nyeri kaki yaitu puncak gunung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Ibn Rushd Menjembatani Akal dan Agama

25 Juli 2024   23:11 Diperbarui: 25 Juli 2024   23:19 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Filsafat Pemikiran Ibn Rushd: Menjembatani Akal dan Agama

Ibn Rushd, yang dikenal di Barat sebagai Averroes, adalah salah satu filsuf Muslim paling terkenal dan dihormati. Ia lahir pada tahun 1126 di Crdoba, Andalusia, dan meninggal pada tahun 1198 di Marrakesh, Maroko. Ibn Rushd dikenal sebagai komentator besar karya-karya Aristoteles, serta seorang pemikir yang berupaya menjembatani akal dan agama dalam filsafat Islam.

Kehidupan dan Karya

Ibn Rushd lahir dalam keluarga intelektual dan tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan tradisi ilmu pengetahuan dan filsafat. Ia belajar hukum Islam, kedokteran, dan filsafat, dan akhirnya menjadi hakim (qadi) dan tabib di Crdoba. Karya-karyanya mencakup berbagai bidang, termasuk filsafat, teologi, hukum, kedokteran, dan ilmu pengetahuan alam.

Salah satu kontribusi terpenting Ibn Rushd adalah komentarnya terhadap karya-karya Aristoteles. Ia menulis komentar panjang, menengah, dan pendek tentang hampir semua karya utama Aristoteles, yang dikenal sebagai Komentar Besar, Komentar Sedang, dan Komentar Kecil. Komentar-komentar ini tidak hanya membantu memperjelas pemikiran Aristoteles tetapi juga mengintegrasikannya dengan ajaran Islam.

 Rasionalisme dan Hubungan Akal-Wahyu

Salah satu tema utama dalam pemikiran Ibn Rushd adalah pertanyaan tentang hubungan antara akal (rasio) dan wahyu (revelasi). Dalam karyanya yang terkenal, "Tahafut al-Tahafut" (Keruntuhan Keruntuhan), yang merupakan respon terhadap kritik Al-Ghazali dalam "Tahafut al-Falasifah" (Keruntuhan Para Filosof), Ibn Rushd berpendapat bahwa tidak ada kontradiksi antara filsafat dan agama. Menurutnya, akal dan wahyu keduanya mencari kebenaran, dan oleh karena itu, mereka tidak bisa bertentangan.

Ibn Rushd juga dikenal dengan teorinya tentang "dua kebenaran," yaitu gagasan bahwa ada dua cara mengetahui kebenaran: melalui akal dan melalui wahyu. Ia berpendapat bahwa wahyu adalah bentuk kebenaran yang lebih tinggi dan lebih mendalam, yang dapat dipahami oleh para nabi dan orang-orang suci. Namun, akal adalah alat yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia untuk memahami dunia dan mencapai pengetahuan.

Konsep Keadilan dan Etika

Dalam bidang etika, Ibn Rushd percaya bahwa tujuan utama dari kehidupan manusia adalah mencapai kebahagiaan (eudaimonia) melalui penggunaan akal dan kebajikan. Ia mengembangkan konsep tentang kebajikan yang mirip dengan Aristoteles, tetapi dengan tambahan dimensi spiritual yang penting dalam konteks Islam. Bagi Ibn Rushd, keadilan adalah kebajikan tertinggi, dan masyarakat yang adil adalah masyarakat yang mempromosikan kebajikan dan kesejahteraan bagi semua anggotanya.

 Pengaruh dan Warisan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun