Mohon tunggu...
Abdul Rahim
Abdul Rahim Mohon Tunggu... -

Saya adalah lulusan fakultas hukum yang menyukai IT. Menulis hanya untuk mengisi waktu luang dan mencurahkan gagasan yang terpendam di otak agar tidak mampet.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Ketika Musim Cumi-Cumi Tiba, Mari Kita Nikmati Nasi Seks

23 Februari 2010   14:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:46 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda tahu cumi-cumi kan? Bagi penggemar makanan seafood tentunya tak asing lagi. Cumi-cumi yang dikenal juga dengan sebutan sotong adalah hewan laut yang dagingnya putih dan kenyal, namun mempunyai rasa yang khas dibandingkan dengan daging hewan-hewan laut lainnya.

Bagi saya yang tinggal di dekat pantai, cumi-cumi adalah salah satu makanan favorit. Bersyukur sekali saya tinggal di pusat kota Pariaman karena bisa mendapatkan cumi-cumi dengan mudah dengan harga yang murah, masih segar pula lagi karena baru diturunkan dari perahu nelayan. Berbeda sekali dengan cumi-cumi yang saya nikmati di kota-kota besar seperti Jakarta dan Kuala Lumpur, kebanyakan cumi-cumi di tempat tersebut sudah dibekukan terlalu lama sehingga rasanya yang khas itu menjadi hilang.

Kalau lagi musim cumi-cumi saya biasanya suka jalan-jalan pagi ke pantai Pariaman yang jaraknya cuma 200 meter dari rumah saya. Sambil jalan-jalan pagi saya melihat-lihat perahu nelayan yang mendarat ke pantai membawa ikan-ikan segar dari laut. Kalau ada nelayan atau penjual ikan yang saya kenali membawa cumi-cumi saya biasanya suka membeli langsung kepada mereka, nggak banyak sih, Cuma Rp.10.000,-. Biasanya dengan duit sebanyak itu saya bisa makan sepiring “sala mansi” (cumi-cumi yang digoreng dengan tepung bumbu tradisional yang merupakan makanan khas Pariaman).

Untuk memasak cumi-cumi yang dibeli tersebut saya tak perlu repot-repot. Tinggal pergi saja ke warung nasi langganan, saya suruh pemilik warung membersihkan cumi-cumi itu dan memasakkan sala mansi untuk saya dengan imbalan duit tergantung berapa banyak cumi-cumi yang mau dimasak, yang penting pandai-pandai menawar lah.

Bagi yang tidak suka mengotori tangan memilih cumi-cumi tak perlu khawatir, ada banyak warung-warung nasi seks di sepanjang pantai Pariaman yang menawarkan sala cumi dan sala-sala ikan lainnya.Anda yang belum tahu nasi seks jangan berpikiran negatif dulu. Seks pada nasi itu hanya istilah singkatan yaitu “SEratus Kenyang Sekali”. Dahulu kala di Pariaman, ketika harga-harga masih masih murah, sebungkus nasi seukuran kepal tinju orang dewasa memang harganya seratus rupiah. Namun sekarang setelah seringnya harga-harga naik, harga nasi seks pun naik pula dan bungkusannya pun makin kecil sehingga istilah seks tersebut saya plesetkan jadi “SEbungkus Kurang Sekali.”, hehehe… Bagi yang penasaran silahkan berkunjung ke kota Pariaman, hanya satu setengah jam perjalanan dari kota Padang dan 45 menit dari Bandara Internasional Minangkabau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun