Ucil---begitu orang-orang biasa memanggilnya. Nama aslinya adalah Ucillun Ma'arif, seorang dosen di perguruan tinggi terkemuka di kota Sebrang, pria dengan pembawaan ramah dan penuh semangat. Tidak ada yang menyangka bahwa seorang dosen ini juga menjalani profesi yang berbeda saat waktu senggangnya: seorang driver taksi online.
Bukan tanpa alasan Pak Ucil memilih pekerjaan tambahan ini. Selain untuk menambah penghasilan, ia merasa ada banyak manfaat lain yang bisa diperolehnya dari pekerjaan sebagai driver online. Menjadi seorang dosen di pagi hari dan driver taksi online di sore hingga malam hari adalah pilihan yang membuatnya lebih dekat dengan kehidupan nyata orang-orang. "Hidup ini kan belajar terus," katanya pada suatu hari ketika seorang rekan bertanya, "Buat apa sih narik taksi online?"
"Koruptor aja nggak malu ngambil uang haram. Kenapa saya harus malu? Lagian ini halal kok," jawab Pak Ucil sambil tertawa.
Kisah ini dimulai sejak awal GoCar masuk ke kotanya. Pak Ucil memasang aplikasi driver Gojek di ponselnya. Ia sering kali menarik penumpang setelah pulang mengajar. Jumat dan Sabtu malam ia biasa turun ke jalan, sementara hari Minggu ia memanfaatkan waktu dari subuh hingga sore untuk menarik penumpang. Hasilnya lumayan, cukup untuk menutupi cicilan mobil dan biaya operasional lainnya. Sehari bisa dapat bersih antara 400 sampai 700 ribu rupiah. Pendapatan yang bagi Pak Ucil sudah sangat membantu. Tak hanya GoCar, aplikasi Grab dan Maxim pun ada di ponselnya. "Saling melengkapi," begitu katanya jika ada yang bertanya mengapa punya tiga aplikasi sekaligus. Dengan aplikasi itu, Pak Ucil bisa melihat sisi lain dari profesinya yang sering kali membuatnya bosan dengan tumpukan kertas dan buku.
Perjalanan dengan Sejuta Cerita
Hari itu, Minggu pagi yang cerah. Pak Ucil mendapatkan order dari sekumpulan mahasiswa. Mereka minta diantar ke suatu desa di pinggiran kota untuk kegiatan sosial. Pak Ucil menerima order tersebut dengan senyum. Ia senang bertemu mahasiswa di luar kampus. Baginya, mereka adalah orang-orang muda yang penuh ide dan semangat, dan ia selalu ingin memberi semangat kepada mereka.
Ketika para mahasiswa masuk ke mobil, mereka mulai mengobrol dengan santai. Tanpa menyadari siapa yang mengemudikan mereka, salah satu mahasiswa bercanda, "Kira-kira pak sopir ini kenal ya sama dosen-dosen kita? Hehe, jangan-jangan pernah lihat Pak Ucil?"
Pak Ucil yang mendengar nama sendiri hanya tersenyum dalam hati. "Iya, iya, saya kenal, saya sering ketemu dia juga kok," katanya, setengah menggoda.
"Ah, masa iya, Pak?" tanya seorang mahasiswa dengan nada tak percaya.
Pak Ucil mengalihkan pembicaraan. Ia mulai bertanya tentang kegiatan sosial yang akan mereka lakukan, mencoba memahami cara pandang anak muda ini. Dari obrolan itu, ia merasa senang dan bangga pada mereka yang peduli dengan lingkungan sekitar. Pak Ucil juga berbagi pandangan dan pengalaman tentang bagaimana ia dulu sering turun ke masyarakat saat masih muda. "Jangan sia-siakan kesempatan ini. Biar kalian jadi generasi yang bukan cuma pintar di kelas, tapi juga punya hati," katanya dengan penuh harap.
Obrolan berlanjut, sampai akhirnya mereka tiba di desa tujuan. Sebelum turun, para mahasiswa mengucapkan terima kasih pada Pak Ucil dan sempat berbisik pada salah seorang rekannya, "Eh, kok kayaknya familiar ya sama suaranya?"
Akhirnya, salah satu mahasiswa berinisiatif bertanya langsung, "Pak, maaf, ini Pak Ucil yang dosen itu ya?"
Pak Ucil hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. Mereka kaget, dan beberapa langsung mencium tangannya. Bukan hanya sebagai tanda hormat, tapi juga karena merasa terkesan dengan kerendahan hati dosen mereka yang rela menjadi sopir untuk membantu kehidupan keluarga.
"Pak, ini kita rahasiain, Pak, nggak bakal bilang-bilang ke teman-teman. Keren banget Pak, ternyata Pak Ucil sesederhana ini. Nggak pernah kami bayangkan," salah seorang mahasiswa berkata penuh kekaguman.
Pak Ucil tertawa kecil, menepuk pundak mereka. "Teruslah belajar, jangan mudah merasa cukup. Kehidupan itu luas, dan pelajaran nggak cuma di kelas."
Setiap Penumpang, Setiap Pelajaran
Bukan hanya pengalaman dengan mahasiswa itu yang membuat profesi sebagai driver taksi online berkesan bagi Pak Ucil. Banyak cerita yang dia alami, mulai dari kisah haru hingga yang lucu. Salah satu yang paling menyentuh adalah ketika ia membawa seorang ibu tua yang hendak berobat ke rumah sakit.
Saat itu sudah larut malam, dan sang ibu terlihat sangat lelah. Dalam perjalanan, ibu tersebut mulai bercerita tentang kehidupannya yang penuh perjuangan. Pak Ucil mendengarkan dengan penuh empati. Setelah tiba di rumah sakit, ibu tersebut merogoh dompetnya dan berkata, "Pak, maaf, uang saya kurang, saya nggak tahu tarifnya sebanyak ini. Tapi saya janji akan melunasi."
Pak Ucil menolak dengan lembut dan mengatakan bahwa biaya perjalanan sudah cukup. Sang ibu terharu dan mengucapkan banyak terima kasih, sambil mendoakan kebaikan untuk Pak Ucil dan keluarganya.
Sepulang dari perjalanan itu, Pak Ucil merenung. Betapa banyak orang di luar sana yang berjuang dalam kesulitan, namun tetap berusaha dan bertahan. Hal-hal seperti inilah yang semakin membuat Pak Ucil yakin, pekerjaan sampingan ini bukan sekadar tambahan penghasilan. Ini adalah ladang pembelajaran dan pengalaman yang memberinya kekuatan dan inspirasi.
Inspirasi dalam Kehidupan
Bagi Pak Ucil, menjadi driver taksi online adalah cara untuk berkontribusi lebih dalam masyarakat, sambil tetap menjalani kehidupannya sebagai dosen. Dalam berbagai kesempatan, ia sering membagikan pengalamannya ini kepada para mahasiswa dan koleganya.
"Jangan pernah gengsi untuk melakukan pekerjaan yang halal," ujar Pak Ucil di salah satu seminar motivasi yang ia bawakan. "Selama kita bekerja dengan niat baik, manfaatnya pasti ada. Pekerjaan ini juga bikin saya makin paham karakter orang, yang bisa saya jadikan bahan untuk memperkaya materi ajar saya di kelas. Bahkan, kadang-kadang saya ketemu calon murid di jalan, dan mereka tahu saya dari mobil ini."
Banyak yang tak menyangka, sisi lain dari sosok seorang dosen yang mereka kenal selama ini ternyata penuh kejutan. Baginya, pekerjaan ini bukan sekadar soal uang, melainkan jalan untuk lebih dekat dengan kehidupan nyata yang kadang tak terlihat dari dalam kampus.
@Dengan penuh ketulusan dan pengalaman, cerpen ini mengisahkan perjalanan seorang Kang Ucil, seorang dosen yang merangkap sebagai driver taksi online. Setiap kisah penumpang membawa makna, inspirasi, dan pelajaran bagi dirinya. Semoga cerpen ini dapat memberikan sudut pandang baru tentang nilai kehidupan, kejujuran, dan perjuangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H