Pilkada serentak di seluruh Indonesia telah usai. Angka kemenangan telah terpbulikasikan melalui laman resmi KPU setelah melaksanakan KPU menggelar sidang pleno sebagai tahapan terakhir. Seluruh stertegi dan taktik dalam memenangkan kompetisi politik demokratik lima tahun telah ditunaikan oleh masing-masing paslon dengan seluruh kekuatan yang dimilikinya. Drama-drama politik yang menghiasi proses kompetisi telah dipertontonkan. Akhirnya, suara-suara rakyat di bilik suaralah yang menentukan siapa yang layak memimpin.
Kisah berebut tiket
Semula, paslon Karolin-Erani akan berlenggang melawan kotak kosong. Hembusan cerita dari "orang dalam" Karlon Margret Natasa (KMN), bukan karena ia memiliki logistik yang berlimpah. Tetapi karena kapasitas dan pengalaman KMN yang membuat partai-partai politik merapat ke paslon perempuan incumbent yang relatif tidak banyak masalah dan resistensi. Selain, tentu saja karena diusung oleh partai pemenang pemilu di Kabupaten Landak, PDIP. Sehingga, nalar partai-partai politik di Kabupaten Landak sangat rasional dan objektif untuk secara berjamaah mengusung bu Karol yang diyakini akan menang mudah.
Namun, dinamika politik menjelang pendaftaran calon cukup kencang dan sedikit "menegangkan" terutama dari partai baru yang digawangi anak presiden waktu itu, Kaisang Pangagrep. Akhirnya, konon, PSI berhasil "merayu" Partai Golkar dan Gerindra untuk mengikuti jejak PSI dan mencabut dukungannya terhadap paslon Karolin-Erani. Dalam berbagai pemberitaan di media massa, akhirnya pasangan Heri Saman-Vinsensius yang semula tidak bisa maju karena kurang sarat jumlah dukungan berhasil maju dengan diusung oleh tiga partai, PSI, Golkar, dan Gerindra. Bahkan, dalam proses kampanye, paslon nomor urut 2, Heri Saman-Vinsensius mendapat kemewahan dukungan dari mantan Presiden Jokowi melalui tayangan video di kediaman mantan Presiden Jokowi di Solo. Yang lebih kentara lagi, ketua umum PSI Kaisang Panagarep langsung menghadiri kampnye akbar paslon nomor urut 2 dengan menghadirkan "Duo Srigala" berkostum warna biru muda. Masyarakat Landak tumpah ruah yang mengindikasikan tanda-tanda kemenenagan paslon yang didukung langsung putra presiden. Dalam sambutannya, Kaisang secara gamblang menyebut bahwa paslon Her Saman-Vinsensius yang masing-masing mantan ketua DPRD dan Sekretaris Daerah adalah pasangan yang didukung oleh presiden RI, Prabowo Subianto.
Rakyat membuktikan
Tanggal 27 Novemeber adalah hari penentuan. Hasil rekapitulasi KPU pada sidang pleno terbuka yang berakhir pada tanggal 6 Desember 2024 telah menetapkan bahwa pasangan Karolin-Erani memenangkan Pilkada dengan total suara 122.922 (54,44 %) dari penantangnya, Heri Saman-Vinsensius dengan perolehan suara 102.876 (45,56 %) dari total suara sah sebanyak 225.798 dengan partsisipasi 83 %. Kemenangan Karolin atas penantangnya sejak awal sudah terduga seperti yang tergambar dalam survei. Dalam kasus Pilkada di Landak dengan demikian pengaruh endorsment dari mantan presiden dan presiden baik langsung maupun tidak langsung tidak berdampak pada pilihan elektoral masyarakat. Sekali lagi, fenomena itu segera membuktikan teori lama bahwa dalam pemilihan langsung kepala daerah, faktor vigur sangat menentukan tingkat keterpilihan seseorang.
Bisa jadi, bagi Karolin, Pilkada tahun 2024 adalah pilkada "yang berbeda" dengan sejumlah tantangan baru yang tidak pernah terjadi pada pilkada-pilkada sebelumnya. Fenomena KIM-Plus yang identik dengan endorsment pemerintah dan oknum alat negara adalah yang paling banyak dikeluhkan oleh mereka yang tidak mendapat sokongan mereka. Sehingga kemenangan ini menjadi kemenangan yang berkualitas dan mbermartabat dengan tantagan yang lebih berat. Seolah, pilkada di Kabupaten Landak menjadi ajang kompetisi antara anak mantan presiden dengan anak mantan "Presiden Dayak". Dan pemenangnya adalah "anak preisedn Dayak" yang selama karir politiknya tidak pernah kalah.
Sekarang, kompetisi sudah usai, saatnya bersatu kembali dan menunaikan janji-janji politiknya. Relasi antara presiden-gubernur-bupat/wali kota adalah relasi konstitusional yang harus segera memarkir atribut yang dapat menghambat untuk mengurus rakyat. Mereka yang hari ini kalah, masih ada lima tahun lagi untuk menyiapkan diri pada pertempurann berikutnya. Mereka yang hari menang segera berfokus diri untuk menerjemahkan janji-janji politiknya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI