Slogan "KREN" yang melekat pada pasangan Karolin-Erani  terbukti memang keren. Setidaknya tergambar dalam proses debat sejak menit pertama hingga berakhir. Secara umum debat publik calon bupati-wakil bupati Kabupaten Landak berjalan baik dan lancar. Debat juga cukup untuk menawarkan kepada calon pemilih untuk mempertimbangkan pilihan pada tanggal 27 November 2024 mendatang. Seperti telah banyak diduga oleh banyak kalangan, pasangan KREN terutama calon bupatinya, Karolin Margret Natasa diasumsikan lebih unggul dari pasangan lainnya, Heri saman-Vinsensius. Mereka yang menyaksikan langsung maupun lewatr saluran streaming dapat menganalisa secara objektif jalannya perdebatan itu. Tulisan ini akan mencoba manafsirkan performa pasangan KREN sebagai berikut:
Pertama, kapasitas public speaking. Karolin, dengan jam terbang yang tinggi dan malang melintang dalam berbagai forum baik nasional maupun lokal cukup teruji dalam menyampaikan narasi dalam visi-misi dan program-program prioritas. Artikulasinya jelas terungkap dan tertangkap secara lugas dan gamblang. Tata pikirnya tercermin dalam bahsa verbalnya. Intonasi dalam menyampaikan pesan cukup proporsional. Meskipun ada panduan berupa "teks jawaban", namun ia hnaya sesekali melihat teks. Itu menunjukkan bahwa Karolin menguasai dan menjiwai apa yang mau disampaikan. Pesan-pesan yang disampaikan, secara gestur, cukup tenang dan royal senyum. Dalam tangkapan kamera ia menjadi ia menjadi "gambar yang indah" dan good looking.
Kedua, logika berpikir. Dalam teori debat, logika berpikir menentukan seseoarang dalam memenangkan perdebatan. Â Logika digunakan dalam debat untuk membangun argumen yang koheren dan meyakinkan. Ini melibatkan penggunaan penalaran deduktif dan induktif untuk menghubungkan fakta dan bukti dengan klaim atau posisi yang diambil. Logika juga digunakan untuk menilai kekuatan argumen lawan dan untuk menemukan celah atau kesalahan dalam penalaran mereka. Dengan menggunakan logika, debater dapat memastikan bahwa argumen mereka berdasarkan fakta dan bukti yang solid, dan bukan hanya opini atau emosi. Karolin, karena alasan pengalaman dan pengetahuan yang well uducated, terlihat prima dalam menghubungkan nalar deduktif dan induktif. Hal itu terlihat bahwa ia sering mengutip teori besar dalam menjelaskan kebijakan pembangunan. Ia juga cukup fasih dalam mengartikulasikan istilah-istilah asing dalam bahasa dunia.
Ketiga, base on data. Sebagai calon kepala daerah, ketersediaan data-data dalam merumuskan kebijakan menjadi kunci. Argumen debat sebaiknya berbasis pada data-data yang bisa dikonfirmasi dan divalidasi serta terutama bagaimana membaca data. Karolin tidak hanya mampu  menyajikan data. Melainkan ia dapat menjelaskan pendekatan dalam membaca data dan menerjemahkannya dalam penerapan data-data tersebut. Dalam segmen tertentu, ketika pasangan lain menunjukan istilah data "by name by adress", dengan tangkas ia mempertanyakan bahwa itu hanya catatan. So what dengan catatan itu!. Suatu taktik debat yang mematikan lawan bicara ketika sang lawan tidak mampu menerjemahkan cara membaca data dan cara menerapkannya. Karolin juga cukup berhati-hati pada istilah "terobosan" dalam konteks pelakasanaan good governence yang berdasarkan peraturan dan perundang-undangan. Idenya bagus. Tetapi tidak semua ide yang bagus dapat dilaksanakan karena alasan undang-undang.
Keempat, disiplin waktu. Rasanya dalam debat publik, tidak mudah untuk disiplin waktu untuk menepati durasi. Seringkali kekurangan bahkan kelebihan. Faktanya, pasangan KREN, jika dibandingkan dengan paslon lainnya berdispiln dalam waktu tanpa kekurangan substansi. Ini bukan kebetulan dan pasti sudah diperhitungkan. Meskipun hal ini tidak menyentuhh substansi, tetapi menunjukkan bahwa performanya dapat menjadi siombolisasi dalam soal disiplin.
Kelima, berpenampilan etis. Kecakapan pasangan KREN terutama Karolin hampir sempurna dari aspek public speaking, logika berpikir, penjelasan berbasis data, dan kedisplinan dalam pengelolan waktu debat. Namun yang mengagumkan adalah sikap etisnya terhadap lawan debat. Ia tetap menghormati dengan sikap yang kritis. Ini menunjukkan kematangan dalam mengelola emosi. Hanya orang yang berpengetahuan cukup, berpergaulan luas, berpengalaman bekerja dengan jam tertbang tinggi, dan pengetahun religi yang bisa melakukannya. Ia masih muda tetapi cukup matang setidaknya seperti yang tergambar dalam pelksanaan debat publik, pada Minggu, 17 November 2024.
Tentu saja tidak ada yang sempurna dan tidak mungkin sempurna. Tetapi, performa Karolin-Erani dalam ajang debat tersebut telah menunjukkan kalayakan dan kepantasan. Sebagai penulis dan pengamat saya menilai bahwa Karolin Margret Natasa tidak hanya pantas sebagai calon kepala daerah tingkat kabupaten/kota. Tetapi lebih dari itu....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI