Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen'/IAIN Pontianak

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Karolin Margret Natasa, Lahir dari Anak Birokrat, Tokoh Adat, dan Politisi Unggul

29 Juni 2024   09:51 Diperbarui: 29 Juni 2024   10:11 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan hidup seseorang, selain bagian dari takdir, warna-warninya akan sangat ditentukan oleh lingkungannya terutama lingkungan keluarga. "Karol", atau "Karolin" biasa ia disapa, namanya cukup populer dalam blantika perpoltikan nasional dan daerah Kalimantan Barat, terutama di daerah asalnya, Kota Ngabang, Kabupaten Landak. Ia adalah putri sulung dari Drs. Cornelis, MH, seorang tokoh adat Dayak ternama yang memulai karir poltiknya dari nol sebagai staf di Kantor Camat Mandor, Camat Menyuke (Darit), dan kemudian menjadi Bupati Landak selama dua periode, yakni 2001--2006 dan 2006--2008. Keberhasillnya sebagai bupati membawanya terpilih menjadi Gubernur Kalbar dua periode 2008-2018. Kini, ayahnya Karolin bertugas sebagai senator di DPR RI untuk periode 2019-2024 dan 2024-2029. Ayahnya Cornelis dikenal oleh masyarakat Suku Dayak sebagai sosok yang berjuang secara politik untuk memantaskan suku Dayak sebagai bagian masyarakat modern bahkan global. Tanpa harus meninggalkan kearifan lokal "kedayakan", ia mengajak agar suku Dayak bisa menjadi bagian dari peradaban yang maju dan modern terutama dalam kesadaran berpendidikan.

Karolin yang lahir di Mempawah pada tanggal 12 Maret 1982 dari pasangan Drs. Cornelis, MH-Frederika, S.Pd tumbuh, besar dan berkembang dalam lingkungan yang terdidik. Ibunya adalah seorang guru SDN 2 Ngabang yang setia dalam menyertai perjalanan karir suaminya sebagai abdi negara hingga menjadi politisi yang sampai saat ini sangat diperhitungkan. Masa kecilnya ia habiskan di kota kelahirannya. Ia menganyam pendidikan dasarnya di SD Amkur, Sambas, dan saat SMP dan SMA pindah ke Pontionak, ibukota Kalimantan Barat. Pada umur 18 tahun, anak sulung Gubernur Kalimantan Barat dan senator senior dari PDI-P ini memilih untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta. Ia memutuskan untuk mengambil Fakultas Kedokteran Umum di Universitas Katolik Atma Jaya dan bergelar dokter pada tahun 2007.

Selama duduk di bangku kuliah, Karolin muda sudah terlibat dalam organisasi. Debutnya di organisasi diawali dengan menjadi menjadi Sekertaris Jenderal Pemuda Katolik di Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) di usianya yang masih 20 tahun. Bakat politiknya telah muncul saat ia menjadi juara di sebuah lomba debat mahasiswa mewakili Universitas Atma Jaya. Pada usia 24 tahun, ia mulai mengikuti jejak sang ayah untuk masuk ke dunia politik. Ia terjun pertama kalinya menjadi juru kampanye Pemilihan Umum Bupati Landak, di kota kelahirannya Kalimantan Barat. Pada tahun 2008 menjadi juru kampanye sang ayah pada pemilihan Gubernur Kalimantan Barat. Ayahnya berhasil terpilih menjadi Gubernur Kalimantan Barat periode 2008-2013.

Setahun setelah ayahnya dinobatkan sebagai Gubernur Kalimantan Barat, Wanita muda yang baru berusia 27 tahun ini ikut pemilu anggota DPR RI. Ia terpilih sebagai anggota DPR-RI periode 2009-2014 dari PDI Perjuangan daerah pilihan Kalimantan Barat. Ia memperoleh suara terbanyak secara nasional dengan menempati posisi ke 3 setelah Edhi Baskoro dan Puan Maharani. Pada pemilu berikutnya, Karolin terpilih kembali menjadi anggota DPR untuk periode 2014-2019 dari daerah pemilihan Kalimantan Barat. ia ditempatkan di Komisi IX yang membidangi Kependudukan, Kesehatan, serta Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Selain menjadi anggota DPR-RI, dia juga menjabat sebagai anggota MPR-RI. Selanjutnya Pada Pemilu Legislatif 2014, Karolin kembali maju sebagai bakal calon anggola legislatif (bacaleg) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di daerah pemilihan Kalimantan Barat. Ia ditempatkan dinomor urut 2 setelah Dolfie O.F.P. Dalam Pemilu 2014 itu, dia meraih 397.481 suara sah yang menempatkan dia di peringkat pertama caleg (calon legislatif) dengan raihan suara terbanyak se-Indonesia.

Selanjutnya Karolin ikut dalam Pemilihan Umum Bupati Landak 2017, dimana ia merupakan calon tunggal. Total, Karolin memperoleh 226.378 suara (96.62 persen) sementara sisanya memilih kotak kosong . Pada tahun 2018, Karolin bersaing dalam Pemilihan umum Gubernur Kalimantan Barat 2018. Karolin memperoleh 1,08 juta suara (41.8 persen), tetapi dikalahkan oleh wali kota Pontianak Sutarmidji.

Selain mempunyai jabatan politik yang strategis, ia pernah mengabdi dan menjabat di beberapa organisasi baik waktu dia masih sebagai mahasiswa maupun sekarang sebagai politisi diantaranya adalah bagian dari organisasi mahasiswa PMKRI Cab. Jakarta Pusat (2002-2005), kemudian Ketua DPD Taruna Merah Putih Provinsi Kalimantan Barat (2008-2013), selain itu juga sebagai Ketua Pengprov ISSI Kalbar (2009-2013), Wakil Ketua Bidang Politik dan Hubungan Antar Lembaga DPD PDIP Provinsi Kalimantan Barat (2010-2015), Presidium Pusat ISKA Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (2010-2013) dan terpilih sebagai ketua Umum Pemuda Khatolik priode 2018-2021 dan beberapa organisasilainnya.

Di tengah-tengah kesibukannya sebagai Bupati Landak dan mengurus keluarga, ia terus menimba ilmu. Aktivitasnya sebagai politisi dan pejabat publik, ia memutuskan untuk menempuah pendidikan strata dua di Universitas Tanjung Pura (Untan) dan mengambil konsentrasi hukum. Ia berhasil menyelesaikan program Magister Ilmu Hukum di Universitas Tanjungpura (UNTAN) dan berhak menyandang gelar pendidikan (M.H). Karolin bersama para wisudawan lainnya diwisuda Rektor UNTAN, Prof, Dr. Garuda Wiko, S.H., M.Si., FCBArb, pada Sidang Terbuka Senat Universitas Tanjungpura, Wisuda program Diploma, Sarjana, Magister dan program Doktor periode IV Tahun Akademik 2020/2021, pada Selasa (11/01/2021). Karolin tercatat melanjutkan kuliah S2 di Fakultas Hukum UNTAN pada Program Magister Ilmu Hukum angkatan ke 19 tahun angkatan 2019. Dalam wawancaranya dengan Pontianak Post, ia memutuskan untuk mengkaji tentang hukum otonomi daerah dan sesuai dengan posisinya sebagai bupati.

Sebagai seorang dokter dan aktivis organisasi kepemudaan, ia benar-benar mengikuti alur kehidupan seorang aktvis yang di kemudian hari menjadi bermanfaat dan layak dalam posisi-posisi politiknya. Sebagai mentor terdekat, ayahnya Cornelis membiarkan ilmu dan pengalamannya ditimba langsung oleh anak biologis dan ideologisnya. Karolin tumbuh dengan segudang pengalamannya dibidang organisasi, pendidikan, dan dua jabatan penting sebagai sorang politisi, pejabat eksekutif, dan legislatif. Ia juga seorang perempuan beretnis Dayak yang memiliki pemikiran progresif di tengah-tengah pandangan umum tentang suku Dayak yang cenderung mengurung diri dalam "tradisi pdalaman" yang sarat dengan hal-hal mistik. Karolin sebagaimana ayahnya, adalah pengecualian dari sekian banyak orang Dayak. Ia benar-benar tumbuh sebagai "manusia modern" tanpa harus kehilangan "kedyakannya". Seperti pepatah klasik, "berpikir global dan bertindak dalam kelokalan".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun