Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mengapa Karolin Kuat?

19 Juni 2024   13:46 Diperbarui: 19 Juni 2024   13:46 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prokhatulistiwa.com

Setelah kompetitor sesama partainya Heri Saman merilis hasil survei yang menempatkan dirinya unggul dari Karolin, kini lembaga survei bernama Nata Bangsa Research dan Konsulting (NBRC) Jakarta merilis hasil survei investigasi untuk para Bakal Calon (Bacalon) Bupati Landak yang diprediksi akan bertarung pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Landak tahun 2024 per Mei 2024 sampai 7 Juni 2024. Lembaga ini menempatkan Karolin di posisi puncak dari aspek popularitas dan elektabilitas diantara nama bakal calon lainnya. Dari aspek popularitas, Karolin meraih angka 94, 82 persen. Sementara Heri Saman 89,46 persen. 

Dari aspek elektabilitas, Karolin mendapat angka 7,76 persen. Sementara Heri Saman 2,24 persen. Sebelumnya, Pusat studi Tata Kelola dan Manajemen Teknologi Informasi (GMIT) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga merilis survei dengan hasil yang berbanding terbalik. Misalnya Heri Saman mendominasi survei dengan tingkat popularitas sebesar 54,13 persen. 

Di posisi kedua, terdapat Karolin Margaret Natasa, mantan Bupati Landak periode 2017-2022, dengan tingkat popularitas sebesar 27,14 persen. Dalam hal keterpilihan atau elektabilitas, Heri Saman juga menempati posisi tertinggi dengan tingkat keterpilihan sebesar 54,23 persen, diikuti oleh Karolin Margaret Natasa dengan tingkat keterpilihan sebesar 25,83 persen. Artinya, dalam Pilkada 2024, KMN mendapat "perlawanan" signifikan dari sesama kader PDIP, Heri Saman. Itupun jika Heri Saman benar-benar mendapat tiket dan bisa mendaftar ke KPU pada 27-29 Agustus 2024.

Dari data-data hasil survei yang ada, pertanyaan awam mungkin mengemuka, siapa yang lebih kuat, Karolin atau Heri Saman? Dari sisi metodologis, jawabannya bisa berbeda diantara lembaga survei. Namun perbedaan itu akan sangat tergantung pada metode yang dipilih dan biasanya tidak berbeda jauh. Karena itu, semakin banyak lembaga survei yang terlibat, semakin bagus untuk menghasilkan informasi yang kredibel dan akurat. Di luar "perang hasil survei", dalam politik penting untuk melihat dan mengamati "kenyataan politik" yang menjadi gambaran riil sebagai indikator untuk menyematkan labelisasi kuat atau lemah pada seorang bakal calon. Artikel ini hendak mengamati argumen mengapa Karolin Margret Natasa (KMN) itu kuat dibanding bakal calon lainnya.

Argumen pertama, ia kuat karena sebagai incumbent. Dalam konteks Pilkada, sosok yang disebut sebagai petahana atau incumbent adalah kepala daerah seperti bupati, wali kota, ataupun gubernur yang sedang menjabat ikut dalam pemilihan dan bersaing dengan kandidat lain agar kembali terpilih. Tak dipungkiri kondisi ini menjadi salah satu faktor menguntungkan bagi incumbent dalam kontestasi Pilkada. Dengan menjadi incumbent, calon kepala daerah telah mengantongi kepercayaan dan popularitas di kalangan rakyat dari kiprahnya selama berkuasa 5 tahun. Maka tidak mengherankan berbagai hasil survei selalu menunjukkan data-data yang sejalan dengan teori incumbent. Jika ada hasill survei yang berlainan dengan teori incumbent yang telah mapan dan terbukti validitasnya, kemungkinannya bisa dua hal, pertama soal kredibilitas dari lembaga survei dan ketepatan metodolginya, kedua performa incumbent---teruatama pada aspek elektabilitasnya---yang sangat buruk. 

Secara umum, keuntungan incumbent dapat dilihat dari faktor-faktor antara lain, pertama, lebih mudah bersosialisasi dan memperkenalkan diri ke masyarakat. Hal ini dikarenakan eksistensi dan reputasinya sudah disadari dan terbentuk di tengah masyarakat. Kedua, memanfaatkan kompleksitas. Meski kompleksitas memiliki konotasi yang negatif, situasi tersebut mempunyai sisi baik dan juga buruk. Sebagaimana dipaparkan Harvard Business Review, kompleksitas yang buruk contohnya adalah proses birokrasi yang memperlambat keputusan, menciptakan permainan kekuasaan internal, dan menambah kesibukan pada suatu organisasi pemerintahan. 

Sebagai incumbent, ia memiliki kesempatan untuk negurai kompleksitas itu sebagai pengalaman berharga. Petahana yang secara sistematis dapat menghilangkan kompleksitas yang buruk dan efektif meningkatkan kompleksitas baik adalah faktor yang tak bisa ditiru oleh pesaing, ketiga, mempertahankan Fokus Jangka Panjang. 

Incumbent yang sukses menunjukkan kemampuan luar biasa pada agenda jangka panjang akan diuntungkan dalam Pilkada. Hal ini dikarenakan kepercayaan dari rakyat yang puas dengan program petahana, akan cenderung menginginkan berkelanjutan dari agenda jangka panjang tersebut, keempat, memanfaatkan hubungan berbasis kepercayaan dan kedekatan dengan rakyat. Keuntungan atau faktor pendorong yang ampuh menjadikan incumbent unggul dalam persaingan Pilkada adalah kepercayaan. Posisi incumbent memungkinkan calon petahana yang kembali maju di Pilkada telah mengantongi hubungan kuat dengan pemangku kepentingan.

Argumen kedua, memiliki kekuatan jaringan dan mesin politik. Dalam konteks Karolin dan partai, ia adalah representasi dari partai pemenang pemilu baik di Kabupaten Landak dengan perolehan 13 kursi maupun di propinsi Kalimantan Barat. Ia juga elit partai sebagai sekretaris DPD PDIP yang berhasil memenangkan pileg di propinsi 2024. Identifikasi ini menjadi rasional untuk kembali menggerakkan kekuatan mesin politik dalam memenangkannya sebagai Bupati Landak 2025-2030. Di luar kekuatan jaringan dan mesin politik, bagi Karolin dan masyarakat landak sudah identik secara historis dan kekerabatan sejak kiprah ayahnya, Drs. Cornelis, MH menjadi Bupati Landak dua periode,  yakni 2001--2006 dan 2006--2008. Memang akan ada "suara miring" tentang politik dinasti. Tetapi, dalam perjalanan karir politik ayahnya dan Karolin sendiri, persepsi miring tentang politik dinasti terbantahkan oleh kinerja dan prestasi yang dapat dirasakan oleh masyarakat Landak sejak tahun 2001 hingga setidaknya tahun 2022. Bahwa ditemukan beberapa kekurangan dalam memajukan Kabupaten Landak, faktornya tidaklah tunggal. Justru karena ada kekurangan itu, pilihan untuk melanjutkan kepemimpinan di Landak menjadi masuk akal.

Argumen ketiga, perempuan, muda, dan kemampuan teknis. Alasan ini mungkin debatable. Tetapi menjadi menarik karena sosok Karolin sebagai pemimpin muda perempuan Dayak pertama di Kalimantan yang menjadi Bupati. Ia memiliki kemampuan teknis terutama dalam bidang kesehatan. Alasan ini pulalah yang menjadi selling point dari kandidat lainnya. Kepemimpinan muda, apalagi perempuan sedang menjadi kecenderungan baru dalam kepemimpinan politik di Indonesia.  Istilah "muda" tentu saja bukan semata karena urusan angka. Tetapi soal bagaimana memahami kebutuhan generasi muda terutama dalam menyambut visi Indonesia Emas tahun 2045. Ia dalah aktvis organisasi kepemudaan di kancah nasional yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pemuda Katolik periode 2015-2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun