Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Karolin dan Kekuatan 57,7%, Bagaimana Memaknainya?

8 Juni 2024   13:42 Diperbarui: 8 Juni 2024   14:17 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Di pilkada Kabupaten Landak pada November 2024 mendatang berbeda dengan tahun 2017 yang lalu. Lima tahun lalu Karolin hanya melawan kotak kosong dan menang telak dengan perolehan 227.531 suara atau 98.86%. Kini, untuk periode keduanya, ada banyak calon yang berminat untuk bertempur melawan incumbent. Meski belum resmi dan bisa mendaftar ke KPU, berbagai lembaga survei dan poling sudah menjajaki pendapat masyarakat. Diantara yang sudah merilis hasil poling adalah lembaga poling online Pollingkita.com. Lembaga ini melaksanakan polling tentang Polling Setelah Para Kandidat Resmi Mendaftar Di Partai Demokrat, Siapakah Calon Bupati 2024 Terkuat Pilihan Warga Landak?. Pelaksanaan polling berlangsung sejak 01 April 2024 dan berakhir pada 07 April 2024. Hasil poling itu secara berurutan adalah: Karolin Margret Natasa - 5.988 (57.7%), Heri Saman - 3.415 (32.9%), Andreas Lani - 378 (3.6%), Vinsensius - Markus Amid - 160 (1.5%), Cahyatanus - 137 (1.3%), Erani - 118 (1.1%), Yulius Aho - 113 (1.1%), Tapanus Tapat - 34 (0.3%), Oktapius - 12 (0.1%), T. T. A Nyarong - 12 (0.1%), Nikodemus Nehen - 11 (0.1%)

Memang, hasil prosentasi ini belum didukung oleh kaidah survei seperti yang dilakukan oleh lembaga survei kredibel. Tetapi sebagai pendapat masyarakat yang dilakukan secara cepat, angka-angka itu menunjukan gambaran umum tentang popularitas nama-nama yang terjaring sebagai calon bupati. Setidaknya da dua nama penting yaitu, Karolin Margret Natasa sebagai incumbent Bupati Landak dan Heri Saman yang kini masih menjabat sebagai ketua DPRD Kabupaten Landak. Secara kebetulan, keduanya adalah kader dari partai yang sama, PDIP.

Tiga Makna Membaca Karolin

Tidak aneh jika Karolin menempati urutan pertama dalam poling tersebut sebesar 57,7 %. Apalagi jika dibandingkan dengan hasil suara pada Pilkada lima tahun lalu, 98.86%. Dalam lima tahun terakhir, modal politik Karolin tidak hanya berupa performa pribadinya sebagai kader "papan atas" di DPD PDIP. Karena itu, untuk memaknai angka 57,7 % dapat dilihat secara objektif dengan setidaknya tiga makna, pertama, Ia mengandalkan prestasi dan kinerja sebagai Bupati periode 2017-2022. Dalam banyak pemberitaan media, Karolin dipersepsi masyarakat sebagai kepala daerah yang berhasil membangun Kabupaten Landak selama lima tahun hampir di semua bidang dengan sejumlah penghargaan. Dari aspek kinerja ia hanya melanjutkan program pembangunan yang tertunda diantaranya karena faktor Pandemi Covid-19.

Kedua, disamping alasan kinerja, keterlibatannya dalam hajatan politik sepanjang 2024 dapat dicatat sebagai kinerja politik yang bisa diandalkan. Meski dalam Pilpres 2024 belum berhasil mengantarkan pasangan Ganjar-Mahfud sebagai presiden dan wakil presiden, PDIP berhasil memenangkan pileg di Kalimantann Barat dengan peroleh kursi sebanyak 13 kursi dari 65 kursi di seluruh dapil Kalimantan Barat. Prestasi ini, tentu saja tidak terlepas dari kinerja Karolin sebagai sekrtetaris DPD PDIP. Maka tidak heran ketika ia mendaftarkan sebagai pasangan calon bupati dan wakil bupati bersama Erani yang tercatat sebagai Kader partai Gerindra dipenuhi dengan pengurus dan kader PDIP. Kedatangan Karolin diantarkan oleh ratusan kader berserta Pengurus Anak Cabang (PAC) dan Ranting Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan Kabupaten Landak. Ia juga didampingi Bakal Calon Wakil Bupati Landak yang juga Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Perumahan Rakyat (PUPRPERA) Kabupaten Landak Erani. Karenanya, dari sisi partai, Karolin menjadi kader represntatif.

Ketiga, aspek keberlanjutan dan tradisi incumbent. Bagi masyarakat, tingkat kepuasan pembangunan biasanya menjadi tolok ukur dan preferensi untuk membuat keputusan elektoral. Dalam kasus Karolin, ia adalah Bupati Landak yang minus berita miring. Maka bagi mereka yang akan berkompetisi dengan Karolin harus kerja keras untuk menandingi tiga makna yang tergambar. Jika tidak, maka jalan Karolin menuju Landak 1 tidak akan banyak mendapat hambatan. Memang, dalam politik apa saja bisa terjadi dan berbalik. Tetapi politik juga berdiri di atas rasionalitas dan objektifitas. Dan demokrasi yang baik adalah demokrasi yang dipandu oleh rasio dan fakta empirik.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun