Mohon tunggu...
abdul mukti
abdul mukti Mohon Tunggu... Dosen - dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

saya adalah peneliti dan penulis dibidang filsafat, pemikiran islam, politik dan sosial keagamaan. Aktif sebagai pembicara dan pengajar di berbagai kampus

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perkawinan dan Perkawanan seorang Birokrat-Aktivis-Penulis

28 Januari 2024   16:00 Diperbarui: 28 Januari 2024   16:01 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ke Kota Malang saya berngkat berkerata dari Stasiun Gambir. Tujuan utamanya ke Yogyakarta untuk sebuah misi kemanusiaan komunitas. Suatu sore, di Kota Malang yang sudah terasa macet dimana-mana itu saya bergegas memenuhi undangan perkawinan seorang kawan yang selalu menginspirasi banyak orang.  Ia adalah manusia.pekerja, birokrat aktivis, dan yang ini jarang, masih tetap suka menulis.

Bayangkan, sepeninggal isterinya setahun lalu itu, ia berhasil mengukir kebersamaannya dengan melahirkan dua buka tentangnya. Pikiran, emosi, dan seluruh pengalamannya dituangkan dalam barisan-barisan kalimat sastrawi. Kalau bukan panggilan "dari dalam", menulis hanya kegiatan untuk mengumpulkan angka kredit yang  seringkali tak bernyawa. Dedikasinya dalam pekerjaan selalu memiliki jejak. Lahirnya para guru besar di lingkungan PTKIN adalah bagian kontributif sebagai kasubdit ketenagaan Diiktis Dirjend Pendis Kemenag. Sebagai penulis, aksi-aksinya selalui dilaporkan dalam bentuk publikasi media. Itu dari sejak ia menjadi kasubdit Sarpras dan Kemahasiswaan dimana perkawanan dengan para wakil rektor bidang tiga tetap abadi hingga sekarang. Prinsip bekerjanya lumayan bernilai: "hubungan dalam pekerjaan bisa datang dan pergi, tapi hubungan dalam perkawanan haruslah abadi". Itulah yang bisa menjelaskan di pesta perkawinannya yang kedua tetap meriah dan sumringah. 

Pesan seorang kawan

Mas Ruchman Basori yang baru saja menyandang gelar doktor kini memiliki pasangan baru beberapa hari setelah mendapat jabatan baru. Banyak nikmat yang sedang diterimanya akibat banyak investasi yang ditanam sepanjang rentang waktu yang panjang. Sebagai kawan, saya meyakini bahwa ia tidak akan berubah soal kepedulian, soal dedikasi pekerjaan,soal perkawanan kepada siapa saja yang mau berlawanan, soal membagi inspirasi dan ini yang perlu terus dijaga, soal peduli menyaangi keluarga.

Karena jodoh menjadi urusan Tuhan, maka perkawinannya yang sekarang sudah menjadi pilihan Tuhan yang terbaik. Kita hanya bisa berucap dan bersikap: sam'an wa thataan. Selamat menjalani takdir Tuhan dalam berbagai atribut baru: pejabat baru, pengantin baru, doktor baru. Tapi semoga tidak mudah meninggalkan tradisi lama: manusia pekerja, birokrat-aktivis, dan birokrat-penulis. 

Jika dalam pengembangan amanat baru yang berkantor di Fatmawati, jarang membalas whatsup, kita maklumi sebagai cara untuk saling menjaga amanat. Tapi puisi-puisi itu tetap tertulis sebagai perasaan yang melampaui aneka atribut yang melekat.

Hujan gerimis dalam perjalanan Yogya-Jakarta

Jangan mudah menangis di malam pertama...

Ahad, Yogya-Jkt. 28/01/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun