Mohon tunggu...
Abdul Mukhlis
Abdul Mukhlis Mohon Tunggu... -

Makhluk berotak tiga yang sedang menyelesaikan studi di Univ. Muhammadiyah Surakarta. Berasal dari pesisir pantai utara (PANTURA), Jateng. Tepatnya Kabupaten Batang. Belajar dari pengalaman adalah kesehariannya selain belajar dari buku. Selamat berbagi.!!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ramadan: Momentum Mahasiswa untuk Berbenah

23 Juli 2013   04:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Ramadan: Momentum Mahasiswa untuk Berbenah

Oleh: Abdul Mukhlis

“Mahasiswa adalah kaum intelektual yang mempunyai semangat membawa perubahan (agent of change) untuk meneruskan tampuk kepemimpnan di masa depan dan mampu merubah tatanan politik yang salah ke yang benar.” Begitulah batasan tentang mahasiswa menurut apa yang saya ketahui, baik dari buku maupun dari lisan ke lisan. Menarik memang apabila berbicara seputar dunia intelektual yang bernama “Mahasiswa” ini. Pada masanya, mahasiswa memiliki andil atau kontribusi tersendiri bagi rakyat Indonesia. Lewat pergerakannya, mahasiswa mampu menjadi bagian dari sejarah perubahan bangsa Indonesia. Mahasiswa mampu menggulingkan kekuasaan tirani yang dilakukan oleh presiden Soeharto pada tahun 1998. Perlu diingat, presiden Soeharto dengan kekuasaan tiraninya memimpin Indonesia selama kurang lebih 32 tahun (1966-1998). Tak ayal, rakyat pun memberi apresiasi yang tinggi kepada mahasiswa pada waktu itu. Akan tetapi, itu adalah stigma rakyat terhadap mahasiswa 15 tahun yang lalu. Sekarang, bagaimana rakyat menilai kontribusi mahasiswa pasca runtuhnya tirani atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan reformasi ini?

Melihat 15 tahun ke belakang, kaum intelektual (mahasiswa) memiliki peran penting dalam sejarah perubahan bangsa Indonesia. Berkat kegigihan pergerakkan mahasiswa pulalah usaha reformasi tercapai. Tetapi, keadaan berbeda ketika kini Indonesia merasakan reformasi itu. Pasalnya, orientasi mahasiswa kini juga ikut berubah karena arus kapitalisme yang dibawa globalisasi pasca runtuhnya era tirani pimpinan presiden Soeharto. Mahasiswa sebagian besar mengikuti trend perubahan zaman dengan begitu cepatnya tanpa mengingat kembali sejarah nama harum mahasiswa yang pernah disandangnya. Memang, tidak semua mahasiswa terseret arus feodal semacam kapitalisme seperti itu. Namun, contoh yang menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang kini terseret arus itu, cukup mewakili bahwa mahasiswa kini mengalami disorientasi pemikiran yang modernis dan feodal. Terlepas dari itu, kita patut bangga kepada sebagian kecil para mahasiswa yang tetap setia dan beridealis terhadap pesan reformasi tahun 1998. Para mahasiswa seperti ini tetap gigih dalam menyuarakan hak-hak yang dituntutkan oleh rakyat kepada pemerintah. Hanya saja, cara yang dilakukan oleh para mahasiswa ini berbeda-beda.

Kasus-kasus (negatif) yang membawa nama besar mahasiswa sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap kontribusi mahasiswa itu sendiri. Sebutlah kasus seperti tawuran, tindak asusila, penyalahgunaan obat terlarang, sampai pada kasus yang kemarin ramai diperbincangkan; tertangkapnya mahasiswi yang kedapatan sedang bersama dengan para pelaku pencucian uang dan skandal suap impor daging, turut memberi penilaian buruk terhadap mahasiswa oleh masyarakat. Ironis! Hal-hal semacam itu, sesungguhnya sangat merugikan bagi mahasiswa. Pasalnya, rakyat kini tak lagi percaya dengan kontribusi yang dilakukan oleh mahasiswa saat ini. Lebih gampangnya, cap buruk yang melekat pada diri mahasiswa secara umum, sulit untuk diterima oleh masyarakat. Terlebih lagi, kelak mahasiswa akan terjun ke masyarakat setelah lulus nanti.

Berpikir Ulang dan Berbenah

Sebagai kelompok yang ada di dalam bingkai intelektual, sudah saatnya mahasiswa memikirkan ulang mengenai sejarah yang pernah membesarkan citranya tersebut. Seharusnya mahasiswa berkaca pada hasil perjuangan para pendahulunya yang telah rela berkorban demi terciptanya perubahan yang nyata bagi bangsa dan negara. Hal ini dilakukan agar masyarakat kembali mempercayai mahasiswa sebagai agen perubahan (agent of change) dan penyambung lidah rakyat. Jika hal ini terlaksana, lambat laun cap negatif mahasiswa sebagai kaum intelektual yang terseret arus feodal akan terkikis dan terhapus dari benak masyarakat. Selain itu, permasalahan yang mendera bangsa dan negara ini hendaknya dijadikan sebagai sebuah pelajaran bagi mahasiswa di seluruh Indonesia untuk lebih kritis dan analitis serta mencari solusi yang tepat atas permasalahan tersebut.

Sekarang ini, banyak cara untuk melakukan perubahan bagi para mahasiswa. Pertama, Mahasiswa bisa mengikuti UKM kampus untuk mengaktualisasikan diri sekaligus menyuarakan hak-hak individu atau kelompoknya. Kedua, adalah dengan mengembangkan diri melalui organisasi yang mempunyai visi ke depan dan revoluisoner, semacam HMI, IMM, KAMMI, PMII, dan sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai upaya pembentukan pemikiran mahasiswa agar mempunyai jiwa leadership dan peduli terhadap rakyat. Terakhir, cara lain untuk membuat perubahan adalah dengan jalan menulis. Karena dengan menulis, mahasiswa atau siapapun saja akan mempunyai sikap dan pemikiran yang kritis terhadap fenomena yang ada. Jangan sampai bangsa kita ini menjadi “bangsa yang rabun membaca dan pincang menulis”, seperti yang diungkapkan oleh sastrawan terbaik negeri ini, Taufik Ismail. Selain itu, untuk menggambarkan perubahan yang hendaknya dilakukan oleh mahasiswa dengan cara menulis, saya meminjam jargon yang diusung oleh UKM pers di kampus saya bahwa “bicara gak harus pake suara, perang gak harus pake senjata.” Sehingga di bulan suci Ramadhan ini bisa digunakan mahasiswa sebagai momentum untuk berbenah demi kemajuan diri pribadi, bangsa dan negara Indonesia. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun