Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dari kita cenderung hanya bereaksi terhadap peristiwa yang terlihat di permukaan tanpa mencoba memahami akar masalah yang lebih dalam. Pendekatan gunung es sebagai alat berpikir sistematis mengajak kita untuk melihat di balik permukaan sebuah masalah, menjelajahi pola, struktur, hingga keyakinan yang mendasarinya. Seperti halnya gunung es, bagian yang terlihat hanyalah sebagian kecil dari keseluruhan. Bagian terbesar dan terpenting sering kali tersembunyi di bawah permukaan.
Pendekatan ini, seperti yang ditunjukkan dalam diagram The Iceberg, memetakan cara berpikir secara sistematis melalui empat lapisan: events (peristiwa), patterns/trends (pola), underlying structures (struktur mendasar), dan mental models (model mental).
Events: Reaksi terhadap Peristiwa yang Terjadi
Lapisan teratas adalah peristiwa yang terjadi dan langsung terlihat. Ini adalah apa yang kita lihat, dengar, atau alami secara langsung. Misalnya, ketika terjadi banjir, kita sering kali fokus pada penanganan dampaknya, seperti evakuasi atau pemberian bantuan. Reaksi terhadap peristiwa ini sering kali bersifat instan, tanpa mempertimbangkan penyebab di baliknya.
Pendekatan ini penting, tetapi tidak cukup. Jika kita hanya berhenti pada lapisan ini, kita tidak akan pernah bisa mencegah masalah serupa terjadi di masa depan.
Patterns/Trends: Mengidentifikasi Pola dari Waktu ke Waktu
Lapisan kedua mengajarkan kita untuk melihat pola atau tren dari berbagai peristiwa yang terjadi. Misalnya, banjir yang terjadi secara berulang setiap musim hujan dapat menunjukkan pola yang memerlukan perhatian lebih serius. Dengan melihat tren ini, kita bisa mulai mengantisipasi dan mencari solusi jangka panjang.
Pertanyaan yang relevan di sini adalah: Apa pola yang terus berulang dari waktu ke waktu? Pola ini memberikan petunjuk bahwa ada sesuatu yang lebih mendasar yang perlu diatasi.
Underlying Structures: Mencari Akar Penyebab
Lapisan ketiga mengajak kita menggali lebih dalam untuk menemukan struktur mendasar yang memengaruhi pola tersebut. Dalam contoh banjir, struktur mendasar bisa berupa tata kota yang buruk, sistem drainase yang tidak memadai, atau deforestasi di daerah hulu sungai.