Mohon tunggu...
ABDUL MUIZ
ABDUL MUIZ Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika MAN Bangkalan

Menulis adalah bentuk syukur atas Nikmat Pikiran. Dengan berbagi tulisan, maka pikiran kita bisa dinikmati orang lain serta menjadi koreksi bagi diri kita

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Menilik Makna dan Relevansi Tradisi Membagikan Takjil di Bulan Ramadhan

4 April 2023   17:06 Diperbarui: 4 April 2023   17:07 859
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan identik dengan berbagai tradisi yang dilakukan umat Muslim di seluruh dunia. Salah satu tradisi yang sering dilakukan adalah membagikan takjil, yaitu makanan atau minuman ringan yang dikonsumsi untuk berbuka puasa. Tradisi ini tidak hanya dilakukan di Indonesia, tapi juga di negara-negara lain seperti Mesir, Maroko, dan Turki.

Namun, apakah tradisi membagikan takjil ini masih relevan dan bermakna di tengah-tengah masyarakat modern? Menilik makna dan filosofi di balik tradisi ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.

Pertama, tradisi membagikan takjil sebenarnya bukanlah sekadar memuaskan lapar dan haus setelah berpuasa. Lebih dari itu, tradisi ini mencerminkan nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang sangat penting dalam Islam. 

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun."

Membagikan takjil kepada sesama yang sedang berpuasa juga menunjukkan empati dan kepedulian terhadap sesama, khususnya mereka yang mungkin sulit untuk mendapatkan makanan atau minuman saat berbuka. Selain itu, tradisi ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali persaudaraan dan memperluas jaringan sosial di antara sesama muslim.

Namun, di sisi lain, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam praktik membagikan takjil. Salah satunya adalah menghindari perilaku yang merugikan lingkungan, seperti penggunaan bahan kemasan yang berlebihan atau tidak ramah lingkungan. 

Selain itu, dalam kondisi pandemi COVID-19 saat ini, perlu diperhatikan juga protokol kesehatan seperti menjaga jarak dan menjaga kebersihan makanan yang dibagikan.

Dalam opini ini, perlu disadari bahwa tradisi membagikan takjil masih memiliki makna dan relevansi yang sangat penting di dalam Islam, terutama dalam memperkuat hubungan sosial dan kepedulian terhadap sesama. 

Namun, sebagai umat Muslim yang hidup di era modern, perlu juga memperhatikan dan menghindari perilaku yang merugikan lingkungan atau melanggar protokol kesehatan saat mempraktikkan tradisi ini.

Referensi:

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun