Bingung dengan langkah Djohar Arifin yang akan mengaudit PT LI karena ada indikasi pencucian uang yang dilakukan oleh pengurus lama era Nurdin Halid. Bila menengok kebelakang sebetulnya perangai dari PT LI cukup aneh, salah satunya tidak tunduk kepada organisasi di atasnya dan ketua PSSI sebagai pemangku kekuasaan tertinggi. Mereka menolak audit yang dilakukan auditor independen bahkan hasil audit yang mereka lakukan dilaporkan kepada pengurus lama, bukan pengurus baru yang sedang menjabat.
Bila Djohar Arifin konsekuen dalam memperbaiki segala sesuatu yang tidak baik dan meyelidiki semua yang terindikasi menyimpang dan mencurigakan tentu dari semenjak dahulu PSSI telah menyelesaikan segala persoalan di PT LI dan memegang kenadli penuh dan tidak berlanjut dan tidak melebar sampai ke hal dualisme kompetisi. Dahulu, mereka (baca: Djohar dkk) tidak tuntas dalam menekan dan menindak PT LI bahkan mereka malah membentuk operator/penyelenggara liga tandingan yakni PT LPIS dengan alasan diburu waktu tenggang dari AFC . Tapi apa lacur, PT LPIS justru kinerjanya  amburadul jauh dari harapan.
Kini, tentu sangat sulit menekan PT LI untuk membuka segala keburukannnya dimana penyokong kekuasaan bagi PT LI begitu kuat. Klub-klub ISL serta federasi tandingan yakni PSSI La Nyaala dibelakang mereka.
Tak ada bargaining power yang dimiliki Djohar Arifin dkk dalam langkah ini,  menghadapi sebuah klub ISL saja bermental pengemis. Apa yang dilakukan oleh Djohar Arifin seperti kesia-siaan belaka. Malah ada kecurigaan bahwa langkah ini murni untuk melemahkan kubu lawan dalam hal dukungan masyarakat bola di tanah air. Setelah gagal 'memiliki' klub-klub ISL, Djohar Arifin mencoba peruntungan dengan mengusik pengelola liga nya klub-klub ISL. Mungkin dengan ditekannya PT LI, klub-klub ISL bersedia bernaung dibawah komando Djohar Arifin dkk
Semoga berhasil!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H