Mohon tunggu...
Abdul Mughni Prasetyo_IKM
Abdul Mughni Prasetyo_IKM Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa yang berusaha sebaik mungkin untuk menjadi lebih baik dari yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Program Pencegahan Demam Berdarah

17 September 2024   10:58 Diperbarui: 17 September 2024   11:02 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dimana ada
tiga pilar yang perlu mendapat perhatian khusus yaitu lingkungan sehat,
perilaku sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
Untuk perilaku sehat bentuk konkrtitnya yaitu perilaku proaktif memelihara
dan meningkatkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya
kesehatan. Hal tersebut ditandai dengan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) yang merupakan salah satu indikator keberhasilan menuju Indonesia
sehat 2010 (Depkes RI, 2004).


Penyakit berbasis lingkungan masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat sampai saat ini. Salah satu penyakit yang disebabkan oleh
kondisi sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah
penyakit demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah dengue di
Indonesia, pertama kali dicurigai berjangkit di Surabaya dan di Jakarta pada
tahun 1968 dan kemudian secara drastis meningkat dan menyebar ke seluruh
Indonesia. Penyakit ini juga dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
(Depkes RI, 1996).

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit
menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, sehingga saat ini masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum dapat diatasi sepenuhnya oleh karena sulitnya memutuskan matarantai penularan serta

belum ditemukannya vaksin pencegahnya. Demam tinggi, nyeri otot dan sendi,
sakit kepala, dan ruam adalah gejala umum yang muncul pada fase awal
penyakit. Pada beberapa kasus, gejala dapat berkembang menjadi bentuk
yang lebih parah, seperti perdarahan dan syok. Diagnosis dini sangat penting
untuk mengidentifikasi dan mengelola kasus DBD dengan tepat waktu.
Pemeriksaan darah dan tes laboratorium lainnya digunakan untuk
mengonfirmasi diagnosis.

Individu yang terinfeksi DBD mengalami ketidaknyamanan dan
penderitaan yang signifikan selama periode penyakit. Hal ini juga dapat
memberikan beban emosional pada keluarga dan masyarakat. DBD dapat
menyebabkan absensi sekolah pada anak-anak dan absensi kerja pada orang
dewasa, berdampak pada produktivitas dan perkembangan ekonomi suatu
daerah. Pengobatan DBD memerlukan biaya perawatan yang tinggi, baik
untuk pemeriksaan medis, obat-obatan, maupun perawatan di fasilitas
kesehatan. Hal ini dapat memberikan tekanan ekonomi pada keluarga dan
masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat dalam penyakit DBD yaitu seperti program
promosi kesehatan tentang demam berdarah dengue kepada kelompok
sasaran, membentuk kader lingkungan yang bertanggung jawab atas
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), penanaman tanaman yang berfungsi
sebagai repellant, monitoring dan evaluasi, serta penyediaan media leaflet
dalam melakukan kegiatan edukasi kepada masyarakat. 

Selain itu juga dapat
dilakukan melalui membentuk sukarelawan untuk bertugas dalam
pemeriksaan jentik secara berkala atau yang biasa disebut dengan Juru
Pemantauan Jentik (Jumantik). Biasanya, jumantik adalah orang yang dipilih
dari kelompok masyarakat itu sendiri.

Perlunya membangun kemitraan yang erat dengan pemerintah lokal untuk mendukung kebijakan dan program pencegahan DBD. Selain itu, penting untuk menyatukan organisasi non-pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung inisiatif pencegahan dan kontrol keterlibatan pemuda dalam program pencegahan DBD untuk meningkatkan kesadaran dan keterlibatan generasi muda dalam upaya pencegahan. 

Yang kedua, menyisipkan materi pencegahan DBD dalam kurikulum sekolah untuk
memberdayakan generasi muda sejak dini. Dengan peningkatan edukasi
kepada masyarakat diharapkan lambat laun masyarakat akan menyadarai
pentingnya keterlibatan mereka dalam pengendalian DBD.
Kata Kunci : demam berdarah, masyarakat, pemberdayaan, pencegahan, program


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2004a. Informasi Penyakit Menular Demam
Berdarah. Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun