Adian Napitupulu, sosok ksatria yang begitu garang di media sosial dan media televisi, ternyata memiliki hati yang begitu lembut. Orang ini bisa begitu keras mengkritik dan memberikan tanggapannya terhadap keterlibatan Prabowo dalam kasus Mei 1998, memiliki dada yang begitu lapang.
Adian, penampilannya garang pada akhirnya menunjukkan sisi kemanusiaannya.
Kamis petang, 30 Mei 2019, Adian mendatangi Bareskrim Mabes Polri. Dia datang karena ingin mengikuti informasi tentang penangkapan 2 orang tersangka penyebar hoax dan fitnah terhadap dirinya.
Menurut pengalaman saya melihat Adian, orang ini seharusnya bisa memberikan tumpahan dan tuangan emosinya kepada dua emak-emak yang bernama Hajah Jariyah dan Suryani Cahyatullah. Kedua emak-emak ini sudah berada di usia dewasa. Satu orang hampir 60 tahun, yang lain nyaris 50 tahun.
Adian terlihat tidak sampai hati meneruskan proses hukum kedua emak-emak yang sudah memfitnah Adian Napitupulu.
"Setelah bertemu langsung, Saya melihat kedua tersangka ini memang pelaku (penyebar berita bohong), tapi sekaligus juga korban. Karena mereka meneruskan berita hoax dari sumber lain yang saat ini masih dikejar oleh kepolisian," tutur Adian di Bareskrim,Mabes Polri.
Adian masih memiliki rasional yang baik, dan tidak terpancing emosi. Tidak meminta ibu-ibu ini untuk diciduk dan dihukum seberat-beratnya. Adian memiliki hati yang sangat baik dan dada yang begitu lapang.
Orang ini sudah selesai dengan dirinya sendiri. Sebagai wakil rakyat yang terpilih di Jawa Barat, Adian ini memberikan contoh bagaimana seharusnya pemenang itu bertindak. Dia adalah ksatria yang memiliki hati yang lembut dan luas.
Hatinya yang seluas samudera ini, membuat dirinya tidak sampai hati untuk mempertontonkan kegarangan kepada dua emak-emak ini. Ia mengutip kalimat almarhum ayahnya, di tengah-tengah pertemuannya dengan dua tersangka penyebar hoax kebencian kepada Adian Napitupulu itu.
Apa yang ia kutip dari pemikiran ayahnya?