Pasca pemilu yang dimenangkan oleh Jokowi di Quick Count maupun Real Count per saat ini, Prabowo sudah sujud syukur berkali-kali dan melakukan klaim kemenangan berkali-kali.Â
Mau tanpa Sandi, dengan password atau dengan Sandiaga, Prabowo sujud syukur. Pokoknya klaim dulu. Hasil real count internal dirahasiakan tempatnya.
Seperti Anies merahasiakan perubahan peraturan gubernur tentang pencabutan peraturan pembebasan PBB di Jakarta. Dia dinobatkan sebagai presiden Jakarta Selatan. Kenapa demikian? Mari kita simak analisisnya.
Pertama, doi di Jakarta, per Versi 24 April 2019 pukul 14.15, mendapatkan suara hanya 798.963 dengan Joko Widodo "hanya" 888.604 suara. Jadi secara presiden, dia belum cocok jadi Presiden Jakarta. Tapi bagaimana dengan Jakarta Selatan?
Di Jakarta Selatan, Joko Widodo hanya mendapatkan angka 49% dengan suara 201.278 suara dengan rivalnya mendapatkan 208.891 alias 50,93 persen. Ini adalah angka yang rasanya cocok untuk Prabowo menjadi Presiden Jakarta Selatan.
Tapi di Jakarta Selatan pun masih banyak kelurahan yang berbeda-beda. Ada yang memenangkan Jokowi dan ada yang memenangkan Prabowo. Jadi kalau bicara tentang presiden Jakarta Selatan, rasanya masih terlalu luas untuk Prabowo. Bagaimana hal ini bisa kita lihat lebih jauh? Simak terus.
Kedua, Kertanegara itu ada di Kebayoran Baru. Secara angka KPU hasil real count yang benar-benar real itu, Kebayoran Baru adalah basis suara Jokowi.
Per data yang diambil dari tanggal 24 April pada jam 14.30, Kebayoran Baru adalah tempat basis Jokowi. Jokowi masih unggul sekitar 7.000-an suara terhadap Prabowo.
Dari 1899 TPS yang sudah terdata dan diverifikasi per tanggal tersebut yang ada 6.453 TPS di Jakarta Selatan, Kebayoran Baru masih memenangkan Jokowi. Kebayoran Baru masih merupakan lokasi Kertanegara, tempat Prabowo Deklarasi sambil sujud syukur.
Jadi jika kita simpulkan bahwa Prabowo adalah presiden Kebayoran Baru, rasanya tidak. Kenapa? Karena Kebayoran Baru masih unggulkan Jokowi.