Mohon tunggu...
Abdul Manaf Yakub
Abdul Manaf Yakub Mohon Tunggu... -

Hanya lelaki biasa yang selalu ingin menjadi luar biasa walau kadang-kadang berprilaku tidak biasa, hehehe

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Ingin Jadi “Pembantu Rakyat”, Pak!!!

23 November 2011   12:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di sebuah perkampungan kumuh. perkampungan dimana penghuninya tidak mampu lagi mencium bau busuk yang kadang menyerbak keluar dari orang-orang terhormat di negara ini. Ada sebuah sekolah mungkin tidak pantas disebut sekolah, tepatnya mungkin sebuah gubuk dengan deretan bangku panjang yang sebentar lagi mungkin akan ambruk. Di sebuah dinding yang penuh dengan lobang terpampang photo penguasa negeri ini yang letaknya sudah agak miring karena goncangan angin kencang kemarin sore, untuk gubuk ini masih dapat berdiri.

Di depan deretan bangku terdapat papan hitam dengan ukuran satu meter persegi. di bawahnya beberapa kapur tulis dengan panjang sekitar satu sentimeter yang sebentar lagi akan diambil seorang relawan yang masih mempunyai kepedulian terhadap pendidikan anak-anak yang ada di kampung ini. Jika dibandingkan dengan yang terhormat di negeri ini sang relawan jauh lebih berarti namun kadang tertulis lain dalam sebuah berita.

Dengan cekatan sang relawan mulai menulis sebuah kata di papan tulis (sebut saja begitu) “CITA CITA”.

“Anak-anak kita harus mempunyai cita-cita dan kita juga harus mewujudkan apa yang menjadi cita-cita kita itu!” Kata sang relawan

“Saya ingin bertanya? Apa cita-cita kalian dan apa alasannya?” Tanya sang relawan

“Saya ingin menjadi seorang pilot pak!. Karena saya tidak ingin seperti bapak saya yang hanya menjadi sopir angkot. Dan lagian pak katanya kalau jadi pilot duitnya banyak ya pak?” Jawab anak sang sopir Angkot.

“Saya ingin menjadi polisi pak! Karena saya bisa menjaga keamanan di seluruh negeri ini bukan seperti bapak saya yang hanya bisa mengamankan satu gedung? dan lagi-lagi katanya duitnya banyak?” Jawab anak sang Satpam

Dan akhirnya setiap anak sudah menyampaikan apa yang menjadi cita-citanya hanya tinggal satu anak yang belum menyampaikan cita-citanya. Namanya Inem.

“Inem, apa nak cita-citamu?” tanya sang relawan

“aku ingin menjadi pembantu” jawab inem

“Kenapa kamu ingin jadi pembantu nak? tanya sang guru heran karena semua anak tidak ada yang bercita-cita seperti kedua orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun