Begitu banyak sahabat Mbak Ratna hadir malam itu (20/5/2014), membaca dan mengapresiasi karyanya. Elyda K Rara (Komunitas Seni Ranggawarsita) membaca cerpen "Klown dengan Lelaki Berkaki Satu", Swara Akustik (Abia Kana & Antok Yunus), Winda Carmelita, Rif Faruq Max Mandar, Sabda Musa (Komunitas Lembah Ibarat), Malam Puisi Malang, Â Okerhankestra (Farhani Kn dkk), IFGC (Feri H.Said dkk), Arie Triangga Sari, Denny Mizhar. Â Felix Nessi dari Komunitas Titik Sastra Universitas Merdeka Malang membaca puisi Gerakan karya Mbak Ratna, 1979:Â
Aku merasa pusing dan ingin keluar saja dari kamar ini / Kau menahanku, cobalah sejenak di sini..... / Betapa kecil! / Di tempatmu dingin dan kau hampir tertutup / Lantas dia menyanyi bersama topeng itu / Seperti pisau tajam / Kebisingan menyakitiku...Â
Ah, setelah 1000 hari berpulang, karya-karya Ratna Indraswari Ibrahim masih tertoreh di benak sahabat-sahabat dan anak-anak muda dari berbagai komunitas sastra, musik, seni rupa, teater, film, seni tradisi. Mbak Donik, panggilan akrab Aridia Elwiq Primadani, editor novel 1998, memberi kabar suka cita bahwa 12 cerpen Mbak Ratna telah diterjemahkan ke bahasa Jerman oleh Sabine Mueller.  Kabar yang lain: Ferdinal, mahasiswa School of History, Heritage and Society Deakin University, Melbourne sedang menulis disertasi  karya-karya Mbak Ratna dan 3 penulis Indonesia lainnya: Putu Wijaya, AA. Navis dan Seno Gumira Ajidarama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H