Mohon tunggu...
Abdul Majid Hariadi
Abdul Majid Hariadi Mohon Tunggu... Guru - Guru, Penulis, Pengajar Praktik Guru Penggerak, Fasilitator Guru Penggerak

Guru

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Inilah Formula Olahraga yang Tepat saat Pandemi

12 September 2020   23:30 Diperbarui: 16 September 2020   21:34 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kita semua pasti sepakat bahwa aktivitas olahraga itu penting bagi kesehatan tubuh. Tetapi berapa banyak yang kemudian konsisten untuk terus menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan melakukan aktivitas olahraga secara teratur.

Saat ini perilaku kurang gerak menjadi tantangan global. Partisipasi aktivitas fisik di berbagai kalangan dan usia terus mengalami penurunan. Di sisi lain terdapat peningkatan waktu di depan layar, seperti bermain game, penggunaan gawai, penggunaan komputer/laptop, dan menonton TV.

Hal ini kemudian menyebabkan aktivitas fisik yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat tidak memenuhi standar yang direkomendasikan. Ambil saja contoh di Amerika Serikat, hanya 42% anak-anak berusia antara 6-11 tahun yang memenuhi aktivitas fisik sesuai dengan pedoman dari WHO. Sekitar 14% remaja tidak aktif secara fisik dan hanya 8% remaja usia 12 hingga 19 tahun yang memenuhi level aktivitas fisik yang direkomendasikan (Benjamin et al., 2018 dalam E. Anderson & Durstine, 2019). 

Pada masa pandemi Covid-19 saat ini kata "imunitas" menjadi frase yang sering menjadi pembahasan. Apalagi jika kemudian dikaitkan dengan aktivitas olahraga. Kita semua meyakini bahwa olahraga secara teratur menjadi salah satu usaha untuk meningkatkan imunitas tubuh. Imunitas atau kekebalan tubuh sangat dibutuhkan dan penting agar tubuh tidak rentan terhadap penyakit menular.

Perilaku kurang gerak (sedentari) menyebabkan dampak negatif secara fisik dan mental. Secara fisik akan mengakibatkan penurunan imunitas tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena paparan virus dan penyakit menular. Tingginya risiko tersebut dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh dengan reaksi peradangan. Salah satu usaha untuk menekan reaksi peradangan adalah dengan melakukan aktivitas olahraga secara teratur dan dengan dosis yang tepat.

Kenapa harus dilakukan secara teratur dan dengan dosis yang tepat? Karena banyak penelitian yang menunjukkan adanya indikasi penurunan daya tahan atau imunitas tubuh setelah melakukan aktivitas olahraga. Pada teori "Jendela Terbuka" dikatakan bahwa tubuh akan mengalami penurunan sistem kekebalan setelah melakukan latihan daya tahan yang berlebihan. Penurunan imunitas tubuh akan semakin meningkatkan peluang dan kerentanan terhadap penyakit pernapasan atas, upper respiratory illness (URI).

Kakanis et al., (2010) melakukan penelitian yang memberikan wawasan yang lebih terinci mengenai dampak latihan olahraga secara berlebihan dengan fungsi imunitas tubuh. Setelah melakukan latihan fisik intensitas tinggi, akan terdapat periode open window berkisar 3-84 jam. Kondisi tubuh seketika itu sedang dalam imunitas rendah dan sangat rentan terserang penyakit akibat latihan fisik yang dilakukan terlalu berat. Orang yang melakukan aktivitas sedang lebih rendah risikonya terkena penyakit dibanding orang yang tidak banyak bergerak. Orang yang lebih banyak diam atau tidak berolahraga memiliki risiko sakit lebih tinggi.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa orang yang berolahraga dengan intensitas sedang memiliki risiko terinfeksi rendah. Adapun olahraga dengan intensitas tinggi memunculkan risiko infeksi tinggi. Dengan kata lain, latihan fisik dalam intensitas sedang dapat meningkatkan imunitas tubuh, sedangkan latihan intensitas tinggi justru menurunkan imunitas tubuh.

Lantas bagaimana mengetahui olahraga yang kita lakukan termasuk intensitas sedang atau tinggi. Dalam hal ini setiap individu memiliki kategori intensitas yang berbeda. Orang dengan perilaku kurang gerak akan menganggap aktivitas jalan kaki adalah aktivitas dengan intensitas tinggi. Demikian sebaliknya, orang yang berlari secara teratur akan menganggap aktivitas jalan termasuk kategori intensitas rendah atau sedang.

Karena itu setiap individu dapat mengukur intensitas olahraga yang dilakukan. Pedomannya, aktivitas olahraga dikatakan kategori intensitas sedang jika pada saat melakukan latihan fisik seseorang masih bisa berbicara meskipun terengah-engah. Sedangkan, aktivitas olahraga dikatakan kategori intensitas tinggi jika saat latihan fisik seseorang kesulitan bicara.

Begitulah, di masa pandemi ini kita dapat melakukan aktivitas olahraga apa pun yang kita senangi sesuai dengan formula yang tepat. Imbangi dengan makanan gizi seimbang, istirahat yang cukup, patuhi protokol kesehatan, dan tetap aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun