Gemericik air sungai Cikapundung yg masih bening membelah kota bandung dengan tenangnya.Di th 80 an , masih banyak gadis2 yang mandi di sekitar hulunya. Sekarang begitu kotor dan banyak sampah menghiasinya, tapi masih bersyukur masih ada air kehidupan di sana. Di seberang atas melewati beringin uka uka, terbentang kolam renang ganesha sabuga yg standard olimpiade, jernih kelihatan membiru walau tercium bau kaporit. Ditangan mahasiswa elektro, kali kecil di Garut maupun Sukabumi dapat dimanfaatkan untuk konversi energi menghasilksn listrik untuk ratusan warga dan menerangi dunianya. Begitu juga, air gemericik di rumah- rumah real estate mengaliri hiasan batu andesit untuk menimbulkan sibakan kecil reaksi kimia untuk sirkulasi oksigen. Koi koi Jepang maupun lokal Blitar dengan santun dan indah berenang di bawah lantai dan muncul diujung kolam dengan rona ceria. Manusia yang tubuhnya sebagian besar berisi air, tak bisa melepaskan diri dari air. Dari kehidupan sehari-hari, hiburan , olahraga maupun perang tak lepas dari air. Sehingga banyak orang memakai filosopi air. "Yah ikuti seperti alir mengalir saja, kita nikmati hidup ini apa adanya saja, kadang kadang senang , sering juga tidak senang". Begitu mendalam filosofi tersebut, sehingga nggak semua orang memakainya, walaupun sebenarnya hal tersebut hanya sepotong dari filosofi air. Air turun dari langit tidak hanya langsung mengalir ke sungai, namun yang lebih penting adalah memakmurkan dan menghiasi bumi. Begitu hujan terjadi, aroma kehidupan mulai menggeliat melalui pucuk biji2 yang tersebar melalui angin,burung ataupun kalong hutan. Begitu juga jentik2 nyamuk ataupun kecebong serta salamander ikut mulai menikmati air. Namun kadang2 manusia tersihir fatamorgana dari hiasan bumi ini. Begitu lebat dan kuat hutan2 tropis ataupun pohon pohon peneduh pinggir jalan serta papan reklame akan habis dan porak poranda disapu angin lesus ataupun tornado , bila memang sudah waktunya lesus menyambangi daerah itu.Hutan habis habis disambar badai kehidupan dan penebangan liar bila qalb manusia yang di tongkrongi dan dipenuhi nafsu dan ego. Jadikan sungai kehidupan yg seperti jatiluhur, air bermanfaat untuk listrik, keramba ikan ataupun irigasi untuk Purwasuka bahkan untuk minumnya orang Jakarta.Bila tidak siap dan tidak selalu berjuang , qalb yang tak dilintasi nama Tuhan akan senang bila entity negatif ngendon didalamnya, angin lesus ataupun bromocorah akan menjadi temannya, dan mereka akan selalu sombong dan selalu melampui batas dan selalu nampak indah apapun dimatanya. Dan kita bisa tersihir,seolah -olah semua kita penguasanya karena memiliki hamparan real estate maupun kebun sawit, ataupun industri pencemar bumi. Mumpung masih dalam masa penangguhan, apakah sisa hidup ini diisi tinta positif atau negatif. Tuhan akan memberikan jalannya yang lurus bagi mereka mereka yg berjuang mencariNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H