Mohon tunggu...
Abdul Mutolib
Abdul Mutolib Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi main bulu tangkis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belajar Tak Harus di Kelas

27 Desember 2022   00:05 Diperbarui: 30 Desember 2022   13:45 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KARYA WISATA, SOLUSI KEJENUHAN MAHASISWA

Pendidikan merupakan proses melakukan bimbingan, pembinaan  yang diberikan oleh seorang guru terhadap murid. Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.

Belajar bukan hanya dilakukan di dalam kelas melainkan juga dapat dilakukan di luar kelas seperti halnya karya wisata dimana dalam hal ini para mahasiswa dapat melihat langsung serta dapat mengambil sebuah pelajaran dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. tentu tujuan dari karyawisata ini adalah: 

  • Menambah wawasan mahasiswa mengenai tempat yang baru          
  • Sebagai sarana pengenalan mahasiswa dengan budaya lain.
  • Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk belajar secara langsung dengan sumber ajar.
  • Memberikan pengalaman pada mahasiswa.

Kunjungan karya wisata ini menjadi bagian dari kurikulum Pendidikan yang ada di universitasteknologidigital khususnya di program pasca sarjana manajemen inovasi, dengan melakukan kunjungan ke daerah-daerah diluar daerah atau provinsi yang ditinggali minimal 2 provinsi atau paling baik adalah 3 provinsi, hal itu agar para mahasiswa mampu untuk mengembangkan wawasan, menumbuhkan semangat, dan melihat kondisi di lapangan agar serta merasakan kehidupam masyarakat di tempat itu . Oleh karena itu, kegiatan ini sangat baik dilakukan. dan kami melakukan kunjungan itu ke desa Jatisawit, kabupaten brebes, jawa tengah dan juga desa kiringan, kabupaten bantul, D.I Yogyakarta.

Dalam kunjungan itu banyak hal yang kami dapatkan,  seperti di desa Jatisawit misalnya, disana kami berbincang dengan kepala desanya yaitu Bapak Dedi Susilo Wibowo, Beliau mengutarakan bahwa masih banyak potensi yang belum tercover dengan baik.

Seperti wisata-wisata yang ada di desanya. beliau juga mengatakan bahwa mayoritas mata mencarian warganya adalah berdagang dan bertani, desa yang diduduki  10.400 warga yang terbagi  menjadi 8 RW, RT: 46, KK: 3.792. selain itu di desa tersebut ada produksi tempe, dan tempe yang di produski sudah terverifikasi halal oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). ditempat itu kami banyak belajar tentang kehidupan sosial, dan juga tentang produksi tempe agar tetap menjaga kehalalannya.

Inilah yang membedakan tempe dengan tempe di tempat lainya. setalah desa Jatisawit, kami melanjutkan perjalanan ke desa kiringan , Kabupeten Bantul, D.I Yogyakarta, di tempat itu kami bertemu Bapak Sutrisno, seorang yang pembuat jamu tradisional, yang tetap eksis dengan terpaan zaman. tak hanya itu beliau juga melakukan inovasi produk jamu, yang bisanya hanya diminum, kini beliau melakukan trobosan baru yaitu membuat selai jamu dan juga ice cream jamu, tentu semua itu dilakukan agar generasi selanjutnya dapat melestarikan jamu tradisional, yang sudah menjadi warisan budaya indonesia.

dan yang paling penting adalah kami mendapatkan ilmu dan pengalaman tentang jamu tradisonal yang sudah jarang kita temui. dari kedua tempat itu, kami terinpirasi serta termotivasi untuk terus berkarya dan berkembang dengan baik. serta menjadi bekal kami dalam mengembangkan ilmu pegetahuan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun