Kakinya melangkah dengan cepat bagaikan hewan kaki seribu merayap tak bersuara. Senyap tak bersuara. Tiba-tiba saja suara keras pada pintu rumah.
Santi seperti kesurupan matanya membelalak, nafasnya tak beratiran menahan emosi yang sedang naik. Ia mengepalkan tangan, Andai saya Yusuf tak memeluknya mungkin tangan kanannya sudah mengantam tembok, meskipun akan menyakiti diri sendiri.
"masalahnya sih sepele" ujar pak de yang menyaksikan akar permasalahannya.
Empat jam berlalu Santi di jemput oleh dua rekan sekolahnya. "iya itu memang temannya" ujar pak de meyakinkan. setelah ia pulang sekolah.
Neneknya mengerutu setiap Santi pergi, padahal pekerjaan rumah banyak sekali, belum lagi neneknya yang mempunyai warung makanan di rumahnya pasti banyak yang harus dikerjakan, Nyuci nampan atau harus mengerjakan yang lain.
Tapi, itu tak dilakukanya oleh cucunya. Ia memilih ajakan teman-temannya untuk bermain.
Memang, nenek santi tidak sengaja menumpahkan segala kekecewaan kepada tetangga yang membeli bakwan. kemudian kekecewaan neneknya Santi juga diketahui oleh tetangga lain.
Tetangga yang mengunjing Santi itu di sampaikan oleh temannya kepada Santi saat sedang hang out. Ia merasa malu mendengarnya, bagaikan ia tertampar dan dipermalukan oleh neneknya sendiri.
Memang, nenek santi tidak sengaja menumpahkan segala kekecewaan kepada tetangga yang membeli bakwan. kemudian kekecewaan neneknya Santi juga diketahui oleh tetangga lain.
Tetangga yang mengunjing Santi itu di sampaikan oleh temannya kepada Santi saat sedang hang out. Ia merasa malu mendengarnya, bagaikan ia tertampar dan dipermalukan oleh neneknya sendiri.