Mohon tunggu...
Dul
Dul Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Orang biasa

Bahagia dan Membahagiakan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pemimpin Pesantren Perempuan

1 November 2024   10:50 Diperbarui: 1 November 2024   11:07 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebut saja Linda. Ia menentukan pilihan untuk menjadi santri dari media sosial. Alasannya sederhana Feed di media sosialnya rapih.

"Feed IGnya aja rapih apa lagi pondoknya, Inikan mencerminkan karakter pesantrennya". ujar Linda menemani kami -Sirkus mubadalah yang baru saja jleg..

Dari sekiaj daftar pesantren yang disodorkan keluarganya Linda memilih pondok pesantren @pptialfalahsalati.ga lantaran alasan tadi.

Kini Linda menjadi mahasiswi semester 5 di kampus Islam ternama di Kota Salatiga, Jadi santri di pondok dan jadi mahasiswa sangat berat mengatur waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas kampus dan ngaji di pondok. Di Tahun ketiga ini tidak masalah dengan tugas kampus dan ngaji, nyatanya dia bertahan sampai sekarang.

Berbeda dengan Falah -bukan nama sebenarnya. Ia begitu terkejut saat hari pertama mondok di pesantren ini kamar santri laki-laki dan perempuan terpisah oleh dua ruangan saja, dapur umum dan ruang tamu, begitu juga dengan kegiatan ngaji dan shalat berjamaah.

"kaget mas.. kok ada pesantren ngaji dan jamaahnya dibarengin". ujar Falah sambil tersenyum.

Falah adalah santri asal kota Bahari, Tegal bagian atas. Sebelumnya ia nyantri di kota Cirebon yang mempunyai karakter pesantren yang komunal, dalam arti hanya
hanya santri laki-laki saja. Sedangakan asrama santri putri jaraknya jauh sekali dan tidak berinteraksi langsung.

Menurut Falah menanggapi pesantren dengan pola interaksi langsung dengan santri putri justru menjadi dewasa.

"yo wajar toh mas rasa suka kepada santri putri, tapikan pesantren punya aturan, salah satunya tidak boleh pacaran. misale nggak boleh berboncengan motor dengan santri putri".

Dua kisah santri PTTI al Falah Salatiga tersebut menununjukan kepada kita bahwa era digital peran media dan pesantren sangat penting untuk menjadi platform menarik generasi z untuk memilih pesantren. Linda sangat sederhana pilihan pesantrennya lantaran platform media sosialnya rapih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun