Konsep input-output: ibarat kendi, harus diisi air terlebih dahulu sebelum dapat menuangkan ke dalam gelas-gelas.
Sama halnya dengan kemampuan, kecerdasan, pemikiran, dan apapun yang membentuk pribadi seseorang tidak luput dari apa yang telah mengisi ruang-ruang dalam dirinya. Proses pengisian tersebut bisa dengan melihat, mendengar, membaca, ataupun merasakan.
Coba kita bayangkan ketika para tokoh terkemuka di awal kemerdekaan Indonesia hidup di era modern seperti saat ini. Kita ambil contoh Bung Karno, pemikirannya luar biasa, mampu berpikir visioner hingga 100 tahun ke depan.
Input dari apa yang membentuk Bung Karno antara lain sekolah, organisasi, diskusi, buku, dan keadaan yang beliau baca, lihat, serta rasakan pada waktu itu. Yang bisa dikatakan aksesnya masih sangat terbatas untuk manusia zaman sekarang. Butuh effort lebih untuk mencapainya.
Namun dengan keterbatasan itu, Bung Karno mampu memiliki pemikiran yang luar biasa. Apa jadinya kalau Bung Karno hidup di era sekarang, segala informasi, ilmu, cara, dan segalanya dapat dicari dengan mudah. Pasti outputnya juga akan lebih besar.
Mungkin Bung Karno tidak hanya bisa mendirikan negara, tapi lebih dari hal itu, apa pastinya, silakan dibayangkan sendiri. Dengan membayangkan apa yang saya sampaikan tadi, harusnya kita juga mampu untuk menjadi manusia yang bermutu tinggi. karena di era modern ini akses kita sudah banyak, mau belajar apa saja, gampang!
Kita harus percaya, bahwa segala kekhawatiran dan permasalahan yang biasa melanda kita dapat diatasi dengan mudah. Tentu dengan perjuangan berpikir dan beraksi secara total!
Celakanya, sebelum melangkah untuk berjuang banyak orang yang salah dengan konsep berpikir. Beberapa dari mereka cenderung overthinking, yaitu terlalu memikirkan hal-hal yang sepele secara berlebihan, kemudian akan berdampak pada kekhawatiran-kekhawatiran yang melanda dirinya. Alhasil, mereka yang seperti itu akan kesulitan untuk melangkah.
Padahal yang diperlukan adalah think big (berpikir besar), yaitu kita masuk kedalam dunia pemikiran yang lebih besar, membebaskan diri dari penjara pemikiran yang menghambat kita untuk berkembang. Jadi kita harus keluar dari comfort zone, zona nyaman yang telah menina-bobokan dengan segala kenyamanannya.
Overthinking hanya membuat mental menjadi kerdil, karena terbebani dengan pikiran-pikiran yang sepele, tidak terlalu penting. Maka dari itu, alokasikan tenaga pikiran kita untuk think big, untuk masuk ke dalam pemikiran yang lebih besar, itu jauh lebih penting dan bermanfaat.
Lantas bagaimana caranya untuk berpikir besar? Pertama, selimuti diri anda dengan energi yang positif, sekalipun anda dirundung masalah, responlah masalah itu dengan positif. Hal ini untuk menjaga kejernihan otak kita ketika berpikir agar tidak terkontaminasi dengan hal-hal buruk, semacam emosi, amarah, atau kebencian.
Kemudian, silakan mencari penyebab dan solusi dari inti permasalahan, jangan bertele-tele, langsung ke unjung-pangkalnya saja. Tentu berpikir saja tidak cukup, harus dibarengi dengan beraksi. Silakan anda berpikir, kemudian praktikkan dengan beraksi, dan tentu dalam selimut yang positif.