Mohon tunggu...
Abdullah Faisal
Abdullah Faisal Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Seniman Rumahan dan Pendengar Aspirasi

Mahasiswa FITK UIN Jakarta Acap belajar menghargai diri sendiri dengan berbagai orang dan literatur buku

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi yang Belum Dewasa

22 Desember 2023   21:56 Diperbarui: 22 Desember 2023   21:56 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrasi yang belum dewasa merupakan konsep menggambarkan kondisi di mana sistem demokrasi dalam suatu negara belum mencapai tingkat kematangan dan kestabilan yang diharapkan. Dalam hal ini, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu sistem demokrasi sudah dewasa atau belum, seperti perlindungan hak asasi manusia, kebebasan berekspresi, sistem peradilan yang adil, partisipasi yang inklusif, dan transparansi dalam pemerintahan.

Pertama-tama, demokrasi yang belum dewasa seringkali ditandai dengan lemahnya perlindungan terhadap hak asasi manusia. Hal ini bisa tercermin dari kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang tidak mendapat penyelesaian yang adil, diskriminasi terhadap kelompok minoritas, dan juga keterbatasan akses terhadap kebebasan beragama maupun kebebasan berekspresi. Ketika demokrasi belum dewasa, pemerintah seringkali gagal memberikan perlindungan yang memadai terhadap hak-hak dasar setiap individu.

Selain itu, demokrasi yang belum dewasa juga dapat dilihat dari sistem peradilan yang belum independen dan adil. Banyak kasus di mana keputusan hukum dipengaruhi oleh kepentingan politik, korupsi di dalam sistem peradilan, serta penyalahgunaan kekuasaan oleh aparat penegak hukum. Ketika sistem peradilan belum dewasa, maka keamanan hukum bagi warga negara tidak akan terjamin, dan hal ini akan merusak fondasi demokrasi itu sendiri.

Partisipasi yang inklusif juga menjadi indikator penting dalam menilai kematangan sebuah sistem demokrasi. Demokrasi yang belum dewasa seringkali ditandai oleh keterbatasan akses bagi sebagian masyarakat untuk terlibat dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Hal ini bisa terjadi akibat adanya hambatan-hambatan seperti ketidaksetaraan dalam pendidikan dan akses informasi, ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum, serta berbagai bentuk marginalisasi sosial yang menghambat partisipasi aktif dari beragam elemen masyarakat.

Selain itu, transparansi dalam pemerintahan juga menjadi aspek penting dalam mengevaluasi kematangan sebuah demokrasi. Demokrasi yang belum dewasa seringkali diwarnai oleh kurangnya transparansi dalam pengelolaan pemerintahan dan pengambilan keputusan. Hal ini dapat tercermin dari tingginya tingkat korupsi, ketidakjelasan dalam pengelolaan keuangan negara, serta minimnya akses masyarakat terhadap informasi yang relevan mengenai kebijakan publik dan proses pengambilan keputusan.

Sementara itu, media massa memiliki peran penting dalam mendewasakan sebuah demokrasi. Namun, dalam demokrasi yang belum dewasa, media massa seringkali tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai wadah yang independen dan kritis. Ketergantungan pada kekuasaan politik atau korporasi, adanya tekanan dan intimidasi terhadap jurnalis, serta penyebaran informasi yang tidak akurat atau tendensius bisa menjadi tanda dari demokrasi yang belum dewasa.

Demokrasi yang belum dewasa juga seringkali terkait dengan lemahnya kapasitas lembaga-lembaga pemerintahan dan kemampuan mereka untuk memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien. Birokrasi yang korup, kurangnya akuntabilitas pemerintah, serta minimnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik merupakan ciri dari demokrasi yang belum dewasa.

Untuk mengatasi kondisi demokrasi yang belum dewasa, diperlukan upaya lintas sektoral yang komprehensif. Pertama-tama, reformasi dalam sistem peradilan, seperti peningkatan independensi lembaga peradilan dan pemberantasan korupsi di sektor hukum, merupakan langkah penting. Begitu juga dengan memperkuat perlindungan hak asasi manusia, menghapus diskriminasi, dan meningkatkan kebebasan berekspresi.

Selain itu, partisipasi masyarakat perlu didorong melalui pendidikan dan pemberdayaan, memastikan bahwa semua kelompok masyarakat memiliki akses yang sama terhadap keputusan politik, serta menjaga agar media massa dapat beroperasi secara independen dan bertanggung jawab. Transparansi dalam pemerintahan perlu ditingkatkan melalui regulasi yang ketat, pelaporan keuangan yang terbuka, serta memastikan akses masyarakat terhadap informasi yang relevan.

Tentu saja, transformasi demokrasi tidak akan terjadi secara instan, namun keinginan dan komitmen yang kuat dari pemerintah, lembaga masyarakat sipil, dan masyarakat umum akan menjadi kunci keberhasilan. Dengan kerja keras dan komitmen yang kuat, suatu negara dapat mencapai kematangan dalam sistem demokrasinya, mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapi, dan memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga negaranya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun