Mohon tunggu...
Abdullah Nasih Ulwan
Abdullah Nasih Ulwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Universitas Muhammadiyah Surakarta

Seorang Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ilmu Tafsir dan Sejarah Perkembangannya

13 Juli 2024   23:37 Diperbarui: 13 Juli 2024   23:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ilmu tafsir adalah salah satu disiplin ilmu yang sangat penting dalam Islam, yang berfokus pada pemahaman dan penafsiran Al-Qur'an. Dalam artikel ini, kita akan menggali lebih dalam tentang definisi, metode, sejarah, dan peran ilmu tafsir dalam memahami Al-Qur'an.

 Definisi Ilmu Tafsir

Secara bahasa, kata "tafsir" berasal dari kata al-fasru yang berarti jelas dan nyata. Dalam Lisan al-Arab, Ibnu Manzur menyebutkan bahwa al-fasru berarti membuka tabir, sedangkan at-tafsir berarti menyibak makna dari kata yang tidak dimengerti. Dari definisi tersebut, maka tafsir bisa dimaknai sebagai upaya membuka tabir untuk sesuatu yang kasat mata dan menyingkap maknanya[1].

Menurut istilah, tafsir adalah penjelasan firman Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Muhammad. As-Suyuthi menukil dari az-Zarkasyi, menjelaskan pengertian tafsir sebagai "ilmu untuk memahami kitab Allah yang diturunkan kepada Muhammad, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya"[4].

Sejarah Perkembangan Ilmu Tafsir

Periode Pertama: Zaman Nabi Muhammad dan Sahabat

Pada masa ini, Rasulullah menyampaikan, menerangkan, dan menjelaskan isi Al-Qur'an. Jika ada diantara para sahabat yang berselisih atau tidak mengerti mengenai kandungan Al-Qur'an, Rasulullah akan menjelaskannya. Amat sedikit istinbat terhadap hukum-hukum fiqh dan sama sekali tidak ada tafsir madhhabi atau aliran tertentu. Belum ada proses pembukuan tafsir. Menjadikan tafsir sebagai bahagian daripada hadis[2].

Periode Kedua: Masa Tabiin

Setelah generasi sahabat, para tabiin menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an, hadis Nabi, dan pendapat para sahabat. Selain itu, baru mereka mengembangkan penafsiran sendiri berdasarkan ijtihad. Pada masa ini, tafsir belum merupakan sebuah disiplin ilmu yang berdiri sendiri[2].

Periode Ketiga: Zaman Abbasiah

Seiring perkembangan zaman yang menuntut pengembangan metode tafsir, tafsir ini memperbesar peranan ijtihad dibandingkan dengan penggunaan tafsir bi al-Matsur. Dengan bantuan ilmu-ilmu bahasa Arab, ilmu qiraah, ilmu-ilmu Al-Qur'an, hadits, dan ilmu hadits, seorang mufassir akan menggunakan kemampuan ijtihadnya untuk menerangkan maksud ayat dan mengembangkannya dengan bantuan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan yang ada[4].

Metode Penafsiran Al-Qur'an

Ilmu tafsir dibagi menjadi beberapa metode yang berbeda, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut adalah beberapa metode utama:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun