3. Orang Arab penganut politeisme yang bukan pengikut Al-Kitab
Banyak ahli tafsir terkemuka seperti Abdullah bin Abbas, az-Zamaksyari, Fakhrurrazi, serta Abu Ubaidah yang berangkat dari Qs. Al-Baqarah/2:75 yang mengikuti pendapat ini. Mereka mendasari pengertian ini karena penganut politeisme Arab tidak bisa baca tulis dan tidak mengikuti kitab suci.
Pendapat ulama dan orientalis terhadap ke ummi-an nabi:
Al-Qurthubi menafsirkan kata ummiyyun dalam surah Al-Jumu'ah ayat 2 sebagai orang yang tidak bisa menulis. Dasar dari pemikian al-Qurthubi ialah karena sejarah orang-orang Arab yang berasal dari Hijaz kebanyakan dari mereka butuh huruf. Apabila ada yang memiliki kemampuan membaca pastinya akan terkenal di kalangan masyarakat kala itu. Sedangkan Ibnu Katsir menafsirkan surah Al-'Ankabut ayat 48 bahwa Nabi Muhammad sebelum datang dengan Al-Qur'an memang tidak bisa membaca dan menulis, bahkan umat Muslim kala itu tahu bahwa nabi tidak bisa membaca dan menulis.
William James Durant di dalam karyanya yang berjudul History of Civilization mengatakan bahwa tidak ada sebuah riwayat yang ingin mengajari nabi untuk membaca dan menulis. Seni baca tulis kala itu tidaklah penting, oleh karena itu pada saat itu tidak lebih 17 orang Quraisy saja yang bisa baca tulis. Tidak ada riwayat yang menyatakan mengenai Nabi Muhammad bisa menulis setelah diangkat menjadi rasul karena ia memiliki juru tulis pribadi. Di sisi lain, nabi juga suka menyuruh juru tulisnya tersebut untuk membacakan buku-buku Arab. Terlepas dari itu semua, Nabi Muhammad memiliki pengetahuan dan menguasai berbagai hal lebih baik ketimbang orang yang berpendidikan.
Perdebatan ke ummi-an nabi di kalangan umat Islam
1. Nabi  Muhammad bisa membaca dan menulis
Dr. Abdul Lathif memiliki beberapa argumen mengenai Nabi Muhammad bisa membaca dan menulis salah satunya, ia beranggapan bahwa banyak yang salah mengartikan kata ummi. Selain itu, ia juga beranggapan bahwa salah satu tugas nabi ialah membimbing umatnya sehingga aspek dasar dalam membimbing seperti kemampuan menulis atau membaca tentulah bisa dilakukan oleh Nabi Muhammad.
2. Nabi Muhammad tidak bisa membaca dan menulis
Murtadha Murthahari membantah pernyataan Dr. Abdul Latif atas tiga argumen berikut ini bahwa dari aspek sejarah jelas bagaimana kondisi Makkah sebelum Islam, sehingga dapat dipastikan nabi memang bukan seorang terpelajar; di dalam Qs. Al-'Ankabut/29:48 dijelaskan dengan gamblang mengenai kondisi nabi yang memang tidak pernah membaca maupun menulis; para ahli tafsir dan cedekiawan Islam sepakat bahwa nabi tidak pernah mengenyam pendidikan dan asing terhadap kegiatan membaca dan menulis sebelum masa kenabiannya.
Atas beberapa perbincangan di atas dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad memang tidak bisa membaca dan menulis, namun hal ini terjadi hanya sampai pada masa sebelum kenabian. Di satu sisi juga bukanlah tidak mungkin apabila Allah memberikan pengetahuan langsung kepada Nabi Muhammad. Hal ini didasarkan kepada perilaku nabi yang suka membuat dan menyetempel surat-surat dari raja-raja sekitar Makkah.