KONSEP KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT PERSPEKTIF AL-QUR'AN SURAH AL-HUD AYAT 108 DALAM TAFSIR ATH-THABARI
SITI NURROHMAH
Universitas Islam Negeri Profesor Kiai Haji Saifuddin Zuhri Purwokerto
Jln. A. Yani No.40A, Karanganjing, Purwanegara, Kec. Purwokerto Utara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah 53126
Pos-el: emasitinurrohmah@gmail.com
Abstrak: Â Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang konsep kebahagiaan di akhirat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (library research), sehingga data-datanya diambil dari buku-buku yang membicarakan masalah tersebut sebagai sumber primer. Data yang diambil berupa literature yang berfokus kepada konsep kebahagiaan yang hakiki. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa konsep kebahagiaan yang hakiki, bukan hanya kebahagiaan duniawi semata tetapi juga kebahagiaan ukhrawi. Oleh karena itu, untuk meraih kebahagiaan yang hakiki maka kita harus mengikuti cara-cara yang telah ditetapkan Allah swt.
Kata kunci : Â Kebahagiaan, Tafsir At-Thabari
PENDAHULUAN
Allah SWT memberikan karunia akal terhadap manusia untuk menjadikan dirinya sebagai makhluk yang keberadaannya lebih tinggi dibandingkan makhluk Allah lainnya. Dengan akalnya manusia mampu menapaki kehidupan yang penuh dengan halang-rintang dalam menggapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan. Â kebahagiaan merupakan sebuah topik yang acap kali menjadi bahan perbincangan orang-orang, namun esensinya setiap individu pasti memiliki sudut pandang masing-masing. Adapun diantara argument mengatakan, bahwasanya kebahagiaan merupakan sebuah kepuasan tersendiri dalam menyampaikan kata hati dan keinginan tanpa ada batasannya. Namun kebahagiaan tersebut hanya sebuah angan-angan atau impian bahkan bukan suatu yang nyata.
Kehidupan akhirat merupakan kontinuitas daripada kehidupan di dunia, dengan demikian dapat diartikan bahwa kehidupan akhirat setiap manusia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan muamalah yang telah ia lakukan semasa hidup di dunia. Dan nantinya di akhirat, Allah akan menghisab atas amal perbuatan manusia secara adil dan bijaksana. Bagi hamba-hambanya yang beriman dan beramal saleh serta melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala bentuk larangannya, maka mereka akan diberi hadiah berupa kenikmatan. Sedangkan bagi hambanya yang ingkar dan tidak beriman kepada Allah maka akan disiksa di dalam api neraka. (Muhammad Saekul Mujahidin, 2021)
Pendapat lain menyebutkan bahwa ketika kita dikaruniai harta yang berlimpah, sebuah jabatan yang penting serta pasangan yang ideal, hal demikian merupakan sebuah nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Padahal esensinya hal tersebut merupakan ujian Allah kepada ciptaan-Nya, sehingga dapat menilai tingkat keimanan seseorang. Namun, banyak diantara mereka yang salah mengartikan bahwa dengan mendapatkan semua itu merupakan kebutuhan paling penting dalam hidupnya. Sehingga, mereka saling berlomba bahkan mengungguli saru sama lain agar dapat menggapainya selagi hidup di dunia. Hal tersebut menimbulkan tidak sedikit dari mereka yang lupa akan perintah Allah yang sebenarnya.
Dari penjabaran tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kebahagian menurut Imam At-Thabari adalah kehidupan yang baik dan penuh dengan ketenangan, bagaimana pun bentuknya misalkan; seorang yang tawadhu' kepada Allah dan seorang yang senantiasa bersyukur atas nikmat apapun yang Allah berikan. Tanpa disadari dengan hal tersebut, maka akan terwujud sebuah ketenangan, kedamaian serta kebahagiaan bagi dirinya sendiri.
- Â Rumusan Masalah
Dengan adanya latar belakang di atas, ada beberapa point penting yang harus dikaji. Oleh karena itu, penulis merumuskan beberapa batasan-batasan dalam pembahasan ini yaitu sebagai berikut:
- Bagaimana konsep kebahagiaan menurut Tafsir At-Thabari ?
2. Â Â Tujuan dan manfaat penelitian
Usaha penulis dalam melakukan penelitian ini, guna memberikan manfaat dan tujuan kepada masyarakat. Berikut pemaparan dari tujuan dan manfaat penelitian ini:
1. Tujuan
a. Mengetahui konsep kebahagiaan perspektif Alquran