"teruntuk sabar tanpa tepi dan syukur tanpa tapi"
Pagi hari tanpa rencana, namun terkandang memang hal demikian yang semesta izinkan untuk berjalan sesuai alurnya. Realita memang menunjukan bahwa, banyak hal yang menemani dalam setiap langkah, namun kenapa disetiap bayang hanya ada diri yang berjuang dalam setiap langkah untuk menyelesaikan semua tantangan semesta. Sadar atau tidaknya, memang segala hal yang datang tak akan melebihi kekuatan setiap manusia.
08.45, kuucapkan beberapa agenda yang sebelumnya telah tersusun, agar kudapati ridhlo dan doannya disetiap langkah yang ku tempuh. Sebaliknya pesan yang selalu mengingatkan akan hati-hatinya diri ini di jalan, agar menjaga diri akan segala hal yang akan ditemui disekitar nantinya, karena memang tak ada sendiri, jika masih diberikan izin untuk tetap berjalan.
"alon-alon nang ndalan ndu, emut pesene umi, ojo salip-salip" pesan ibu.
"nggeh mi, bismillah niki" sembari ketawa kecil, karena seringnya memang perkara perjalanan memang harus adanya hukum mendahului atau didahului, ntuk bapak, karena sudah paham akan dunia survivalnya laki-laki, hanya memberikan ekspresi senyum, sembari memahami hal yang terus berulang disetiap moment seperti ini.
Setelah berpamitan dengan ibu dan bapak, kucoba awali dengan basmallah perjalanan yang membutuhkan waktu tempuh kurang lebih 3 jam menggunakan sepeda motor, tujuanku hari ini lebih kepada renungan diri, mencari ketenangan dan sebenarnya inti dari agenda ini adalah menghibur diri. Â Bagi anak pertama yang tak pernah ada tuntutan. Namun disisi lain, tumbuhlah rasa sadar akan berbagai keinginan orang tua yang belum terwujud, sehingga perihal berbagi cerita suka duka di tempat yang terbilang jauh dari rumah, hanya cerita bahagia yang dapat tersampaikan. Tentang berbagai hal berat, lebih baik mencoba untuk menyelesaikannya sendiri, karena mungkin lebih baik kabar baik yang terdengar sampai rumah, sehingga suasana rumah akan mengikuti kabar demikian, yaitu rumah dengan tanpa adanya unsur kekhawatiran didalamnya.
      "Baik mas, jadi gini, untuk posnya itu ada 5 titik, untuk perjalanan dari basecamp menuju pos satu terbilang cukup jauh, dengan durasi waktu kurang lebih 3 jam, total perjalanan dari basecamp itu 5 jam. Kemudian pantangan di jalur pos 2 ke pos 3 itu jangan beristirahat lebih dari 15 menit karena itu jalur satwa mas, kemudian untuk jalur pos 3 ke pos 4 itu nanti ada mata air sekaligus ada petilasan dengan tanda pohon yang dilingkari dengan tali dan kain, nanti disitu masnya lanjut aja jadi usahakan jangan istirahat disana, untuk pos istirahat yang memang direkomendasikan ada di pos 4 dan mulai dari pos 4 juga tenda sudah dapat didirikan, begitu juag di pos 5 dan areacamp favorit itu di pos 6 mas. Kurang lebih seperti itu, dan jika masnya mau ambil jasa antar dari basecamp dapat coba konfirmasi ke pos ojeknya, jika menggunakan jasa ini nanti dapat menghemat perjalanan kurang lebih 3 jam, sekian dan selalu jaga diri di perjalanan mas, hehe jangan jagain jodoh orang mulu" penjelasan dari petugas registrasi pendakian gunung kembang.
Begitulah kurang lebih detail dari part dua perjalanan ini, dan memang yang pernah penulis rasakan semua tempat yang mengandung unsur gunung orang-orangnya memang terbilang cukup ramah dan ga banyak dibuat sepaneng, terlihat dengan penjelasan terakhir dari petugasnya sendiri :'). Selanjutnya penulis mencoba untuk berdiskusi dengan rekan perjalannya, tentang jalur, pantangan dan semua estimasi perjalnan, kemudian untuk pemberangkatan diputuskan menggunakan jasa ojek gunung karena meminnimalisir perjalanan, melihat waktu sudah masuk jam 14.00 dan ketika perjalanan tanpa menggunakan jasa tersebut kemungkinan sebelum di area camp kami sudah mendapati gelapnya malam.
      Kurang lebih hanya 10 menit perjalanan kami tempuh untuk sampai ke pos 1, kami lanjutkan perjalanan dengan menikmati suasana yang telah semesta siapkan, rintik gerimis yang selalu menemani perjalanan kami dengan kabut putih yang membuat kami semakin kagum atas keputusan semesta tentang semua keadaan. Jalur pos 2, pos 3 sampai pos 4 benar-benar alam merestui perjalanan ini, bebatuan basah, postur tanah yang empuk, pepohonan palem yang amat segar terkena siraman rintik hujan, benar-benar rasa syukur mana lagi yang dapat dipatahkan, semesta tidak menambah debit sekalipun untuk turunnya hujan dihari itu, hanya syahdu dan rasa tenang yang kami rasakan. Sesekali, kabut berbaik hati untuk menunjukkan pemandangan indah desa dibawah sana, hijau gelapnya motif dari gunung sindoro, karena terbilang dekat posisi geografis gunung sindoro dengan gunung ini. Melihat waktu masih menunjukkan pukul 16.51, kamis memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dari pos 4 menuju pos 5 dengan gambaran dapat mendirikan tenda disana.
      Jingga yang menjadi favorit penulis, telah siap menampakkan dirinya ditengah rintik hujan, tak kalah juga, lampu pedesaan dan jalan raya menampakkan dirinya disore hari ini seakan tak mau kalah dengan sudut pandang orang awam tentang indahnya lukisan yang berjudul cahay diatas kota (cityligth). Begitulah semesta menyambut kami di pos 5 ini. Segala lelah perjalanan serasa hilang, sehingga tiada kata letih ketika kami mendirikan tenda. Istirahat dan membersihkan diri, kemudian kami lanjutkan kegiatan dengan diawali mengguggurkan kewajiban sebagai seorang hamba dan memasak makanan untuk mengganti tenaga yang telah terpakai. Tak lama waktu berlalu, 1 rombongan pendakian telah sampai di pos ini, kemudian mendirikan tenda disamping tenda kami, sehingga sepinya malam pun berkurang untuk sementara. Melihat kondisi serasa sudah bersih dan perut telah terisi kembali, penulis melanjutkan diri untuk istirahat sebagai harapan segarnya badan dipagi hari untuk melanjutkan perjalanan.