Periode kerusuhan seismik yang meningkat untuk Mauna Loa dimulai pada pertengahan September ketika jumlah gempa bumi di bawah puncaknya meningkat dari 10 menjadi 20 per hari menjadi antara 40 dan 50 per hari. Itu adalah sinyal awal potensi letusan. Pada pertengahan Oktober, para ilmuwan mencatat gempa berkekuatan 5,0 di sisi tenggara Mauna Loa, memicu pembaruan status gunung berapi hampir setiap hari.
Sehari sebelum letusan, gempa berkekuatan rendah terdeteksi setiap jam di dekat gunung berapi. Terlepas dari pengumpulan data yang cermat ini, Dr. Stovall mengatakan bahwa para ahli hanya memperhatikan bahwa letusan telah dimulai satu jam sebelum magma mencapai permukaan gunung berapi. "Kami tahu kami tidak punya banyak waktu," katanya.
Mauna Loa telah meletus 33 kali sejak aktivitasnya mulai tercatat pada tahun 1843, namun sebagian besar letusan tersebut terjadi sebelum tahun 1950. Pada tahun-tahun berikutnya, hanya terjadi dua letusan — letusan puncak pada tahun 1975, dan letusan pada tahun 1984 ketika aliran lahar mendekati kota Hilo. Letusan terakhir ini menyebabkan polusi udara vulkanik di seluruh negara bagian dan mendorong pihak berwenang untuk menutup Highway 200 karena aliran lahar menghancurkan tiang listrik dan kabel listrik.
Dr. Kauahikaua mencatat bahwa tampaknya ada hubungan antara aktivitas di Mauna Loa dan Kilauea, yang memiliki sumber magma yang sama.
Kilauea meletus hampir terus-menerus dari tahun 1983 hingga 2018. Tahun itu, letusan selama berbulan-bulan menghasilkan lava senilai 320.000 kolam renang ukuran Olimpiade yang mengubah lanskap sekitarnya dan menghancurkan sekitar 700 rumah.
“Kalau Mauna Loa sering aktif, Kilauea cenderung kurang aktif, begitu juga sebaliknya,” ujarnya seraya menambahkan bahwa hubungan ini agak spekulatif mengingat terbatasnya cakupan data yang terekam.
“Mauna Loa adalah gunung berapi yang sangat tua, usianya ratusan ribu tahun, dan kami baru melacak aktivitasnya selama beberapa ratus tahun,” kata Dr. Stovall.
Dr Kauahikaua juga mengatakan bahwa pengamat mengawasi Mauna Loa untuk risiko yang tidak terduga.
“Saat ini kita harus tahu di mana lahar meletus dan seberapa cepat aliran lahar itu maju,” katanya. “Tapi ada juga kemungkinan lubang baru akan terbuka dan mengeluarkan aliran baru.”
Dan meskipun letusan menimbulkan risiko, ukuran Mauna Loa dan kekuatan letusannya, “semuanya merupakan atribut yang menarik secara ilmiah bagi ahli vulkanologi,” kata Dr. Rubin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H