Banyak Pandangan dari berbagai elemen masyarakat tentang kasus ini, hal tersebut mengisyaratkan tidak fokusnya negara dalam menanggulangi Dan menyelesaikan kasus tersebut, itu di karenakan tidak ada titik temu yang membuat sbuah keputusan serta kebijakan dalam hal kepastian kasus tersebut. Sehingga terdapat berbagai anggapan, argument, serta prasangka dalam bidang prasangka sosial, ekonomi, dan politik. pada akhir ini kasus tersebut seakan sudah punah dari ranah media massa, bahkan pembahasannya akhir-akhir ini sudah santer tentang pihak kepresidenan yang katanya ada keterkaitan adanya kasus tersebut. Faktor itulah yang menyebabkan beralihnya pembahasan tersebut.
Dalam tulisan ini tidak akan mengangkat ranah perjalanan kasus tersebut, akan tetapi kedalam munculnya hal yang menjadi faktor berkoarnya kasus tersebut. Seperti, parasangka-prasangka dan faktor munculnya prasangka dan argument yang berbeda-beda, dalam hal ini. Mari kita kutip pernyataan-pernyataan yang dilatar belakangi oleh parasangka pro dan kontra pada kasus itu. Dan hal ini berkaitan erat dengan suatu keilmuan pengetahuan yang berkenaan dengan psikologi sosial, sehingga. dapat dikatakan tulisan ini adalah bentuk eksploitasi serta identifikasi kasus tersebut dalam ranah prasangka sosial.
Sudah diketahui bahwa prasangka sosial itu di faktorkan oleh kognitif dan afektif yang terdapat dikedua belah pihak, serta keberbedaan diantara keduanya, yakni australia dan indonesia yang berbeda ras, budaya, dan tradisi, bahkan latar belakan sistem pendidikannya.
Sehingga, banyak pertikaian dalam kasus tersebut, difaktorkan kelompok-kelompok yang berargument sesuai dengan naluri keberpolitikannya, termasuk para tokoh di pemerintahan negara ini. Faktor in group yang mendukung dan pro betul terhadap kasus ini, dan juga faktor out group yang menghujat betul terhadap tokoh-tokoh yang ada dalam kasus terebut.
Seperti halnya ungkapan –ungkapan yang kami kutip di berbagai media massa. Seperti;
Departemen Luar Negeri Australia memperingatakan agar ekstra waspada ketika berada di Indonesia, termasuk ke Bali karena kemungkinan adanya serangan teror. Kutipan ini diambil Detik.com, dan dilanjutkan dengan ungkapan "Pihak berwenang Indonesia sudah memperingatkan bahwa kelompok ekstrimis mungkin berencana menyerang gereja di Jakarta dan di tempat lain di Indonesia, menjelang perubahan ke tahun 2014," demikian bunyi peringatan tersebut.
Nah, adakah indikasi peringatan tersebut dengan kasus yang telah lama hilang seakan ditelan bumi?. Tentu, tidak menutup kemungkinan itu menghidupkan kasus tersebut, dan lebih parah lagi indikasi mengungkit sebuah poin-poin pemburuk sangkaan yang akan timbul kesalahan dari pihak negara indonesia, dan untuk menghilangkan serta meminimalisir tuduhan ataupun kesalahan dari negara australia.
Dan pada pekan yang sama seakan saling jual serangan dan perang urat saraf, di media yang sama sebuah berita bahwa “Australia Krisis Tenaga Kerja TI” yang berisikan, “Sektor Teknologi Informasi (TI) Australia mengeluhkan berlanjutnya krisis sumber daya manusia (SDM) berpengalaman, meskipun telah ada upaya untuk memperbaikinya. Sektor TI menyumbang sekitar AUD$42 miliar bagi perekonomian Australia setiap tahun dan masih berpotensi untuk terus tumbuh”. Hal tersebut menggelontorkan australia akan citra Industri TI dalam pembenahan. Dan banyak masih ungkpan yang dilatar belakangi keberpihakan dan prasangka mitra dan kolega serta oposisi keberpolitikan.
Dari semua itu sudah jelas bahwa ada elemen dan pihak yang berusaha menghilangkan dan membangkitkan perang baru antara dua negara tersebut. Dan dengan disibukkannya negara indonesia oleh kasus-kasus korupsi di lembaga kepemerintahan akhir-akhir ini seperti kasus suap di prospinsi banten yang melibatkan mantan gubernurnya yaitu ratu atut, dan masih banyak yang belum terselesaikan dan menjadi Pekerjaan Rumah yang amat besar bagi negara indonesia, alih-alih menyelesaikan kasus penyadapan tersebut malah di dalam negeri polemik korupsi belum tuntas tuk di berantas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H