Mohon tunggu...
Abdullah Karepesina
Abdullah Karepesina Mohon Tunggu... lainnya -

Peneliti Sinergi Data Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Basis Pemilih Jokowi Berpendidikan Rendah!

1 Maret 2018   11:52 Diperbarui: 19 Maret 2018   20:24 2127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disaat kebanyakan lembaga survei merilis keunggulan elektabilitas Jokowi, ternyata ada satu lembaga survei yang presentasi hasil surveinya justru menunjukkan satu fakta yang cukup mencengangkan. Data yang diungkap terasa menarik, bahkan mungkin mengagetkan.

Berdasarkan hasil survei yang dirilis oleh Median, ternyata basis utama pemilih Jokowi sebagian besarnya diketahui berpendidikan rendah. Rinciannya, responden yang tidak tamat SD (putus sekolah) sebesar 40,9 persen. Sementara yang tamat SD 39 persen, tamat SMP 37,4 persen, tamat SMA 27 persen, tamat S1 13,7 persen, tamat S2/S3 10 persen. 

Presentasi hasil survei tersebut menunjukkan bahwa pemilih yang berpendidikan tinggi enggan untuk memilih Jokowi. Semakin cerdas dan tinggi pendidikan responden, semakin kecil peluang Jokowi untuk dipilih.

Arti Pentingnya Pemilih Cerdas.

Jokowi sekarang sudah jadi presiden. Terbuka kesempatan bagi Jokowi untuk membuktikan kapasitas kepemimpinan dan merealisasikan janji-janji kampanyenya. Idealnya, jika kinerja jokowi baik dan kepemimpinannya berjalan dengan sukses, harusnya pemilih-pemilih cerdas bertambah banyak.

Fakta bahwa basis pemilih Jokowi lebih banyak diisi oleh pemilih yang berpendidikan rendah tentu mengundang prasangka soal kualitas kepemimpinan Jokowi dan itu bukanlah kabar yang baik buat Jokowi sebagai petahana. 

Pemilih yang berpendidikan rendah biasanya awam dengan pendidikan politik. Akibatnya mereka gampang terpengaruh dengan pencitraan dan hal-hal pragmatis. Mereka memilih tanpa memperhatikan data, fakta, dan kualitas dari orang yang (akan) dipilih.

Perlu diingat, pemilih yang berpendidikan rendah tidak punya pendirian politik yang kuat. Mereka gampang gonta ganti pilihan. Asal dirasa sudah tidak punya kepentingan, mereka bisa langsung berpindah ke lain hati. Terlebih jika ada figur pemimpin lain yang memunculkan citra baru yang cocok dengan mereka, bisa saja langsung didukung.

Sebaliknya, pemilih yang berpendidikan tinggi tidak akan sembarangan memberikan pilihannya. Mereka tidak terpengaruh dengan pencitraan. Pertimbangannya lebih pada kualitas dan kemampuan dari orang yang akan dipilih.

Pemilih cerdas tidak secara gampang memberikan pilihan politik. Pilihannya menggunakan logika dan berbagai pertimbangan serta indikator tertentu. Tapi sekali punya pilihan, mereka bisa langsung jadi pemilih yang loyal dan militan. Kadang tanpa diminta, mereka akan secara sukarela ikut mengkampanyekan figur yang disukai.

Kalau hasil survei ini benar, dimana segmen pemilih Jokowi lebih didominasi oleh mereka yang berpendidikan rendah, sementara yang berpendidikan tinggi hanya sedikit, berarti kualitas dan kemampuan Jokowi meragukan. Artinya, Jokowi terpilih karena modal pencitraan semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun