Mohon tunggu...
Abdullah Karepesina
Abdullah Karepesina Mohon Tunggu... lainnya -

Peneliti Sinergi Data Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Polisi VS Maut, Thinking Out of The Box!

11 September 2013   12:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:03 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aksi penembakan dan teror terhadap jajaran kepolisian kembali terjadi. Setelah penembakan polisi di pondok Aren, kini hal yang sama kembali terjadi di pusat ibukota. Kali ini Bripka Sukardi yang harus merasakan panasnya timah peluruh. Ini merupakan aksi kejahatan terhadap polisi untuk yang kesekian kalinya, namun hingga detik ini identitas para pelaku belum juga teridentifikasi. Tak ayal hal ini pun memantik rasa penasaran yang besar dari publik. Kenapa hal ini masih saja terjadi? dan apa penyebab sebenarnya dari semua rangkaian teror maut ini?

Dari desas desus yang berkembang, ada yang menganggap ini merupakan luapan kekesalan kelompok tertentu yang tidak suka dengan cara kerja pihak kepolisian. Mulai dari petugas Polantas, Penjaga Pos Keamanan, hingga Densus 88 yang dianggap kurang manusiawi dalam menanggulangi aksi terorisme. Meski Densus 88 juga diklaim sebagai faktor penyebab, namun dari semua rangkaian kejadian yang terjadi tak satupun anggota dari pasukan khusus Polri itu yang menjadi korban. Korban yang berjatuhan kebanyakan dari Polantas, Penjaga Pos Keamanan, dan jajaran polisi bawahan lainnya.

Sasaran yang disisir oleh para pelaku hanyalah jajaran polisi biasa, bukan anggota pasukan khusus seperti Densus 88 ataupun jajaran petinggi polri. Sepintas jika diperhatikan maka ada yang aneh dengan kondisi ini. Jika memang aksi penembakan ini dianggap sebagai bentuk balas dendam terhadap kepolisian, atau dalam hal ini balas dendam dari jaringan teroris, maka perbandingannya tidak sepadan.

Sesuatu yang naif jika dengan modal keberanian dan kenekatan semacam yang ditunjukkan akhir-akhir ini, korban yang terbunuh hanyalah polisi biasa. Sepanjang yang saya pahami, aksi terorisme itu adalah untuk tujuan yang besar. Jika yang dibunuh adalah pimpinan mereka, maka balasannya harus pimpinan dengan level yang sama juga. Artinya, kemungkinan ini sebagai balasan terhadap kepolisian khususnya Densus 88, bagi saya tingkat probabilitynya memang ada tapi masih kurang pas.

Menurut saya, ada semacam sebuah by design besar di balik semua ini. Cobalah sedikit kita perhatikan kondisi keamanan Indonesia secara makro. Terkesan ada sesuatu yang coba diciptakan dan di andai-andaikan secara non kasat mata. Polisi dibenturkan dengan masyarakat, masyarakat terbentur dengan masyarakat, tapi sangat jarang TNI bermasalah dengan masyarakat (terlepas dari kasus Hugos Cafe di Jogja & Kasus di Cebongan).

Lalu coba kita komparasikan dengan tahun 2013 sebagai jembatan politik menuju 2014 dan dengan kepentingan sebagian mantan elit Militer yang hendak mencalonkan diri sebagai Presiden. Kan tidak menutup kemungkinan jika “kehidupan masyarakat dibuat was-was dan tidak nyaman dulu, kemudian Militer hadir dengan konsep dan garansi keamanan kepada masyarakat”. Wallahualam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun