Tidak seperti kebanyakan orang asing lainnya, bule yang satu ini memang menghadirkan sensasi yang cukup fenomenal ketika berkunjung ke Indonesia. Bagai dua sisi berbeda dari koin yang sama, bule itu menampilkan dua karakter yang berbeda ketika bertemu dengan pejabat teras negeri kita untuk urusan yang sebenarnya bertujuan sama yakni, pembuatan film dokumenter.
Kisah kontroversial berawal ketika Menteri Kehutanan RI, Zulkifli Hasan, mengklaim bahwa dia dengan terpaksa harus melakoni peran sebagai aktor dadakan dalam setting sekuel barunya aktor Indiana Jones itu. Dalam session tersebut, pihak kementerian merasa apa yang dilakukan Harrison tidak sesuai dengan agenda awal (hanya wawancara). Bahkan ada unsur ketidaksopanan yang dilakukan oleh bule keturunan Amerika Serikat itu, seperti naik ke atas meja dan melompat-lompat.
Dari segi formal, si bule dianggap telah merendahkan lembaga kenegaraan. Hal ini jugalah yang membuat pihak kementerian mengusulkan agar si bule segera dideportase ke negara asalnya. Bahkan pihak kementerian menolak keinginan Harrison untuk mewawancarai Presiden. Apa yang sebenarnya terjadi?
Sementara dalam kesempatan keduanya, proses wawancara si bule dengan Presiden berlangsung secara tertutup. Dari informasi yang beredar, sikap yang ditunjukkan oleh sang aktor berusia 70 tahun tersebut sangatlah berbeda dengan apa yang terjadi di Kementerian Kehutanan. Di dalam istana, Harrison begitu sangat sopan dengan Presiden Keenam Indonesia kita. Tidak terdengar ada kericuhan atau unsur ketidaksopanan dari sang aktor. Meski tertutup, tapi semuanya berlangsung dengan baik.
Pertanyaannya, apa alasan pihak kementerian menolak keinginan Harrison untuk bertemu Presiden? Usut punya usut, ternyata Pak Zulkifli merasa geram dengan pertanyaan Harrison soal pembiaran perambah hutan yang merusak Taman Nasional Tesso Nilo di Riau. Mungkin hal ini juga yang menjadi ketakutan pihak Kementerian. Bisa jadi dalam kesempatan wawancara dengan Presiden, Harrison akan mengulang lagi pertanyaan yang sama soal pembiaran yang dilakukan oleh pihak kementerian. Jika ini terjadi, tentunya akan mencoreng nama baik Kementerian di hadapan Presiden.
Dalam pandangan saya, Harrison Ford adalah tamu asing yang harus diberi “standing applauss” atas keberaniannya dalam memanfaatkan kesempatan. Tatkala masyarakat & para aktifis lingkungan hidup dibuat bungkam oleh kondisi (entah disogok atau menghindari amukan masyarakat), Harrison hadir tidak hanya sebagai seorang pemeran seni film, tapi lebih dari itu dia adalah dirijen sejati dalam teatrikal perlindungan lingkungan hidup. Harrison merasa tidak harus terbebani untuk mengungkapkan keheranannya dengan pembiaran yang dilakukan oleh Kementerian Kehutanan hanya dengan alasan takut masyarakat marah. Padahal jelas-jelas ada unsur pelanggaran dan pengrusakan lingkungan disana.
Sekali lagi Harrison ingin menyampaikan bahwa negara tidak harus kalah dengan sikap masyarakat yang sebenarnya akan sangat membahayakan lingkungan mereka sendiri. Itu artinya, Harrison Ford bukanlah bule pembuat rusuh, tapi dialah pembela lingkungan hidup yang sebenarnya.
Dari kejadian ini, menurut saya, usulan deportase kewarganegaraan tidak harus atas nama Harrison, akan lebih tepat jika usulan itu dilayangkan kepada aktifis lingkungan hidup yang ada di negara ini. Bagaimana mungkin, benalu di salah satu ranting pohon beringin kita luput dari perhatian pemiliknya sendiri. Sementara tamu nan jauh dari seberang dengan sekejap bisa melihatnya. Sungguh Ironis!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H