Mohon tunggu...
Zaenal Abdullah
Zaenal Abdullah Mohon Tunggu... Petani - Seorang pemuda dari desa yang suka bertani, bisnis dan menulis

Ora ono jangkah kang kajangkah tanpo jumangkah. Keselarasan hidup tidak akan bisa kita capai tanpa berinteraksi dengan alam.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Pertanian Adaptive Banjir

8 Februari 2017   08:56 Diperbarui: 8 Februari 2017   09:11 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Desa Tondo Mulyo Kec. Jakenan memang terkenal dengan banjir tahunan dan waktu banjir bisa ditebak yaitu pada akhir tahun atau awal tahun. Pada periode banjir tersebut ada beberapa periode banjir tidak dapat diprediksi. Hal itu dikarenakan hutan yang berada di Gunung Kendeng semakin habis ditebang dan ditambang oleh masyarakat secara ilegal tanpa adanya penegakan hukum yang jelas oleh para aparat terkait.

Dengan adanya banjir tahunan seperti itu wilayah terdampak harus mempunyai pola tanam yang adaptive bencana banjir. 

Pertama masyarakat harus bisa menghitung siklus banjir selama 15 th kebelakang, perhitungan ini bisa melibatkan BMKG setempat dan para pemangku kepentingan untuk ikut andil dalam perencanaan pertanian adaptive banjir ini.

Kedua kita bisa kelola musim kemarau. Beberapa pertanyaan pasti muncul. "Apa yang kita kelola dari musim kemarau?", Musim kemarau disekitaran wilayah terdampak banjir sebagian besar dekat dengan sungai maka dari itu air tidak menjadi masalah. 

Nah pada musim kemarau ini kita bisa menanam tanaman eksotis umur pendek yang mempunyai harga jual tinggi seperti melon, semangka, bawang merah atau sayuran daun lainnya. Lanjut pertanyaan yang muncul "sebagian besar kan belum pengalaman menanam tanaman itu?", sebagian besar tapi sebagian kecil satu atau dua orang pernah menanam tanaman tersebut bila tidak ada di desa di desa lain pasti pernah. Nah denga adanya sedikit orang yang mempunyai pengalaman tersebut maka pengalaman itu bisa dibagikan dengan para petani yang lain. 

Bila masih berat, mintalah kepada para penyuluh untuk ikut membantu. "Pasarnya dimana? Yang beli siapa?", hal itu bisa dijawab dengan mudah, bila ada cluster hasil pertanian yang terpusat dengan banyaknya petani yang menanam maka para pedagang dan tengkulak akan datang sendiri. Itu proses awal pemasaran, selanjutnya saat sudah punya nama bisa menjadi pemasar sendiri.

Ketiga, bila tidak bisa memprediksi banjir saat musim tanam padi. Tanamlah padi dengan umur panjang maka tanaman padi akan lebih tahan terhadap banjir, misal mentik ataupandan wangi.

Tapi semua hal ini lebih baik dicegah dengan tidak menebang pohon dan menambang digunung supanya tidak terjadi banjir. Bersamaan dengan ini, pilkada serentak akan dilaksnakan maka kita wajib memilih pemimpin yang peduli dengan alam. Bukan pemimpin yang membiarkan penambangan, mengeluaraan ijin pabrik semen tanpa study dan amdal yang jelas,dan kebijakan yang tidak berpihak pada petani dan alam. Maka dari itu kita cukupkan mereka satu periode saja. Bila yang maju petahana calon tunggal maka kita harus memenangkan kotak kosong #semangatpilihkotak #kotakkosongmenang. Mari jaga alam dan kita cukupkan periode pemimpin yang tidak pro alam.

Dengan langkah tersebut sekiranya bisa menjadi tambahan konsep pertanian adaptive banjir dan semoga bisa menjadi bahan diskusi bersama terutama para prakitisi pertanian dan petani itu sendiri.

Salam, Cah Tani Nom

Yogyakarta, February 2017

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun