Penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa (DR HC) yang diberikan oleh Universal Institute of Professional Management (UIPM) yang dikabarkan berlokasi di Thailand kepada Raffi Ahmad dengan disiplin ilmu Event Management and Global Digital Development telah memicu kontroversi di kalangan publik dan akademisi. Meskipun penghargaannya dianggap sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya di industri kreatif dan media digital, banyak yang mempertanyakan kelayakan selebritas seperti Raffi menerima gelar akademis kehormatan yang biasanya diberikan kepada tokoh dengan pencapaian signifikan di bidang pendidikan, penelitian, atau kontribusi sosial yang mendalam. Walaupun demikian ada beberapa akademisi yang tidak mempermasahkan kredibilitas Raffi Ahmad sebagai seorang selebritas yang sukses dan tersohor di tanah air. Â
Gus Nadir, dalam postingan instagramnya menyayangkan terhadap fenomena seperti ini bagi para mahasiswa S3 yang bersusah payah menempuh pendidikan akademik, dengan ramainya publik figur, artris, selebritas yang dengan mudahnya mendapatkan gelar DR kehormatan. Menurut beliau : "Fenomena "gila gelar" di Indonesia mencerminkan kombinasi antara budaya yang sangat menghargai gelar, keinginan akan pengakuan sosial, serta kurangnya pengawasan ketat dalam pemberian gelar kehormatan. Untuk mengatasi hal ini, penting bagi institusi akademik untuk lebih tegas dalam menjaga standar pemberian gelar, serta untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang arti dan proses pencapaian gelar akademik yang sesungguhnya." Beliau juga mengingatkan : "Ingat, gelar itu hanya tanda pernah sekolah. Bukan tanda bahwa yang punya gelar itu lebih pintar atau lebih bermanfaat buat sesama."
Berikut isu-isu kontroversi terkait penganugrahan gelar DR Honoris Causa atau Doktor Kehormatan
1. Kelayakan Selebritas sebagai Penerima Gelar Akademik:
Raffi Ahmad adalah tokoh hiburan yang sukses dengan RANS Entertainment, yang dianggap telah mengubah landskap media digital di Indonesia. Namun, penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa umumnya diberikan kepada individu dengan kontribusi akademis atau ilmiah yang nyata. Beberapa kalangan mempertanyakan apakah kontribusi Raffi, yang lebih banyak di bidang hiburan dan komersial, memenuhi standar untuk penghargaan akademik ini.
2. Integritas Akademik:
Kritik utama datang dari pihak yang merasa bahwa pemberian gelar akademis kehormatan kepada selebritas dapat merusak integritas institusi akademik. Gelar Doktor Honoris Causa sering dianggap sebagai penghargaan tertinggi yang diberikan untuk pencapaian dalam ilmu pengetahuan, seni, atau kemanusiaan, bukan untuk popularitas. Ada kekhawatiran bahwa lembaga pendidikan bisa terjebak dalam praktik populisme, memberikan gelar kehormatan kepada tokoh yang terkenal demi meningkatkan citra mereka di mata publik.
3. Pengaburan Makna Gelar Akademik:
Sebagian besar akademisi melihat gelar doktor sebagai hasil dari penelitian bertahun-tahun, penulisan disertasi, dan kontribusi mendalam terhadap ilmu pengetahuan. Dengan memberikan gelar kehormatan kepada selebritas yang lebih dikenal karena popularitasnya, beberapa pihak merasa bahwa makna dari gelar akademik tersebut menjadi kabur dan tidak lagi berakar pada pencapaian intelektual.
4. Konteks Penghargaan untuk Industri Kreatif:
 Pendukung Raffi Ahmad menyatakan bahwa industri kreatif adalah bagian penting dari perkembangan ekonomi modern, dan Raffi telah memberikan dampak nyata melalui konten digital, kewirausahaan, serta filantropi. Dari perspektif ini, penghargaan kepada Raffi dilihat sebagai pengakuan atas perubahan sosial dan ekonomi yang dihasilkan dari industri hiburan dan kreatif, yang juga berkontribusi pada kemajuan masyarakat.
5. Reaksi Masyarakat:
Reaksi masyarakat terhadap penganugerahan ini terbelah. Di satu sisi, penggemar Raffi Ahmad merasa bangga atas pencapaiannya dan menganggap penghargaan ini sebagai validasi atas kerja kerasnya di industri kreatif. Namun, di sisi lain, muncul skeptisisme, terutama dari mereka yang menganggap gelar ini terlalu mudah diberikan kepada selebritas yang tidak memiliki dasar akademik kuat.
Kontroversi penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada Raffi Ahmad mengangkat diskusi yang lebih luas tentang siapa yang pantas menerima penghargaan akademis tertinggi ini. Ini juga mencerminkan perubahan sosial di mana industri hiburan dan media digital semakin dianggap penting dalam membentuk masyarakat modern. Meskipun ada dukungan untuk pengakuan terhadap kontribusi Raffi di sektor kreatif, kritik terhadap penganugerahan gelar ini menekankan perlunya menjaga standar integritas akademik yang tinggi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H