Media berperan penting dalam penyebaran dan konsumsi informasi di dalam masyarakat. Ada dua media yang menjadi favorit masyarakat untuk memperoleh informasi yang mereka butuhkan yakni media massa dan juga media sosial.
Dalam media-media tersebut masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi tentang ekonomi, sosial, politik, teknologi, tren terbaru, dan lain sebagainya.
Hanya saja kedua media tersebut memiliki perbedaan. Media sosial bersifat terbuka, siapa saja bebas menulis, berbicara dan melaporkan apa yang mereka inginkan dan komunikasi yang terjadi di media sosial bersifat dua arah.
Sedangkan pada media massa tidak semua orang dapat melakukan hal-hal tersebut dan komunikasinya cenderung bersifat satu arah.
Dalam aspek politik, Media Massa berperan sebagai pilar ke empat suatu negara demokrasi yang diibaratkan seperti salah satu kaki penopang yang menopang sebuah meja bersama dengan ketiga kaki-kaki penopang lainnya.
Dengan demikian, peran media massa sangat krusial dalam hal-hal yang menyangkut tentang aspek politik yang sedang terjadi dalam sebuah negara termasuk Indonesia.
Media massa harus bisa menyuguhkan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk mengetahui keadaan pemerintahan dan juga kondisi politik yang sedang terjadi di negaranya.
Informasi yang diberikan harus terjamin kebenarannya serta tidak memihak kubu atau golongan manapun. Artinya, media massa harus memposisikan dirinya ditengah dengan bersikap netral sebagai bentuk profesionalitasnya.
Akan tetapi pada saat menjelang pesta demokrasi, banyak media massa yang justru seakan-akan sedang mengkampanyekan tokoh politik atau kubu tertentu agar memperoleh dukungan dan suara dari masyarakat.
Media-media tersebut seakan sibuk memberitakan prestasi dan keunggulan-keunggulan kubu yang mereka dukung dan cenderung menyerang kubu seberang yang dianggap sebagai lawan politiknya dengan pemberitaan miring mengenai hal-hal yang dapat melemahkan elektabilitas dan dukungan masyarakat. Media massa seakan menjadi alat propaganda dan senjata untuk meraup simpati publik dan menjatuhkan lawan politik.
Contohnya saja saat PEMILU 2019, dimana seakan-akan banyak diantara media massa yang saling serang dan rajin melakukan “Framing” pada masing-masing Paslon melalui media cetak, Televisi, dan bahkan media online.