Pada waktu kecil,aku sering diajak ayah untuk silaturahmi ke sejumlah orang alim.Semua orang alim,cenderung memiliki keunikan tersendiri,salah satunya adalah Abah Toyib,yang berada di Desa : Sumengko,Kecamatan: Wringinanom,Kabupaten : Gresik.
Beliau adalah kyai yang tidak pandai dalam berpidato. Namun,kyai yang sangat ahli dalam tirakat. Ia ahli dalam berpuasa,setiap hari ia berpuasa. Namun,meskipun ia berpuasa,ia sedang memberi makan,para santri yang tinggal di pesantrennya mendapat makan gratis.
Para tamu yang berkunjung juga sering mendapat makan gratis,terutama tamu ketika berkunjung ke pesantren pada waktu Jum'at legi,dimana di waktu ini sang kyai selalu menyembelih kambing,lalu masak gulai dengan nasinya adalah nasi jagung.
Uniknya adalah,setiap Jumat legi itulah ia memberi wejangan pada para jamaah,dengan berdiri sambil berjalan mondar- mandir di tengah - tengah jamaah jumat,wejangan itu ia berikan setelah sholat jumat selesai.Â
Ada satu kalimat yang saya ingat,adalah tentang puasa. Dimana banyak orang tidak bisa terbiasa puasa,dan menurutnya yang terpenting adalah kebiasaan,kalau sudah biasa lapar,maka semua terasa biasa aja.Ia menegaskan tentang kebiasaan kalau sudah biasa puasa maka, puasa sudah sangat ringan untuk dijalankan.
Abah Toyib memang sosok yang luar biasa, malam untuk beribadah sedang siang untuk berpuasa. Ibadah ritus yang dilakukan oleh abah Toyib ternyata sejalan pula dengan ibadah sosial yang ia lakukan seperti memberi makan,membangunkan rumah bagi mereka yang rumahnya rusak dan tidak layak huni, membantu pembangunan pesantren kyai lain,membantu pembangunan desa, memberangkatkan orang haji dan masih banyak lagi.
Kini beliau sudah kembali pulang kehadirat ilahi, hanya kerinduan yang ada di hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H