Perjalanan dari Krian ke Madiun dalam rangka sillaturrahim diwarnai oleh pengalaman yang cukup menarik. sasat naik bis, saat tiba di daerah Kediri, ada dua orang penumpang yang masuk. yang satu cewek, kira-kira berumur 20-an, dan seorang anak lelaki.
keduanya duduk tidak berdampingan, karena lokasi tempat duduk yang tidak memungkinkan. semua seolah aman saja. nah, barulah saat pembayaran karcis tiba, ada sedikit kegaduhan.
"pak, adik ini bayarnya ikut saya saja," kata cewek itu.
"tapi dia tadi udah bayar,"kata kondektur
"sudah kembalikan saja pak, saya saja yang bayar, kasihan dia ketinggalan oleh rombongannya," kata cewek itu
mendengar kata ketinggalan dari rombongan itulah kemudian beragam reaksi opini dari setiap kepala yang mendengar suara itu, dan mayoritas adalah menyalahkan pihak sekolah yang tega-teganya untuk meninggalkan salah satu anak didiknya ini. anak lelaki itu adalah murid sebuah sekolah di wilayah Jogyakarta. yang tengah melakukan wisata ke Jatim Park.
namun, saya salut dengan cewek yang menolong itu,dia tidak banyak bicara, atau menanggapi segala opini yang timbul.
yang menarik adalah saat sampai di wilayah nganjuk, di terminal ini banyak sekali para pedagang asongan termasuk asongan nasi bungkus.
tiba-tiba seorang ibu yang duduk di samping anak itu secara iba membelikan nasi bungkus pada anak itu,dengan segera anak itu melahap, seolah ia sudah kelaparan. yang menarik adalah ibu ini bersma dengan anaknya yang berumur sekitar 3-4 tahun, sebelumnya ibu ini tengah menggerutu karena anaknya meminta permen seharga lima ribu yang dijual oleh pedagang asongan, ia menawar tiga ribu tapi tidak diperbolehkan oleh pedagang, ia terpaksa membayar lima ribu karena permennya sudah terlanjur dipegang anaknya. rasa iba dari ibu ini mengalahkan segalanya.
kemudian, sampailah di terminal Madiun yang mengharuskan cewek itu untuk turun, karena memang tujuan perjalannya adalah Madiun. saat hendak turun cewek itu berpamitan pada anak itu, dan minta maaf tidak mampu mengantarkan ke Jogya. akhirnya ia turun. namun, tak berselang lama ia kembali lagi naik ke atas bis sambil memberikan bungkusan jajan pada anak laki-laki itu.
dari sekian yang ada, saya jadi meyakini bahwa malaikat penyelamat itu ada dimana-mana, mereka bersemayam pada hati-hati yang penuh dengan belas kasih.