Era serba digital menjadi salah satu tantangan bagi para pengusaha utamanya mereka yang menjalankan bisnis secara konvensional, dampak dari era ini adalah menurunnya omset atau penghasilan yang didapat dan berujung pada meruginya usaha yang dijalani
Hal ini disebabkan adanya kompetisi dan persaingan yang ketat dalam melakukan bisnis utamanya di era digital dimana kekuatan finansial dan strategi management hanya dimiliki oleh para oligarki dan pemain lama yang kuat baik secara finansial dan jaringan
Dampak kondisi ini adalah banyaknya para pelaku usaha yang berhenti beroperasi dan terpaksa harus mengehentikan kegiatan usaha yang selama ini ditekuni, baik itu usaha mandiri yang dilakukan atau usaha sampingan yang selama ini berperan banyak dalam membantu ekonomi keluarga
Terjadinya kompetisi sengit era digital tak hanya dibidang bisnis, namun juga berlaku pada bidang dakwah Islam yang mempresentasikan kasus serupa dengan dunia usaha. Dakwah di era digital saat ini menjadikan medan dakwah menjadi mudah, terbuka dan bisa dilakukan oleh siapa saja, sehingga memunculkan kompetisi yang kuat diantara sesame pendakwah
Maka tak heran dakwah-dakwah Islam saat ini menjadi lebih semarak, variative dan narasumber atau pendakwahnya bisa didatangkan dari berbagai daerah baik lokal, regional, nasional bahkan inernasional. Kondisi ini tentu menjadi positif bagi masyarakat dalam menerima dakwah agama dan memunculkan tantangan tersendiri bagi pelaku dakwah, dimana pelaksanaan kegiatan dakwah, masyarakat, pengelola masjid dan pengajian memiliki opsi untuk memilih para pendakwah mau yang local, nasional atau internasional
Disinilah letak tantangan para pedakwah muda, atau para santri yang baru "boyong" dari pesantren, dalam mendakwahkan ilmu-ilmu yang didapat dan mengajarkannya pada masyarakat dia harus "berkompetisi" dengan para senior dan para pendakwah kawakan didaerah tempat dimana mereka berdomisili. Belum lagi ditambah dengan fenomena kecondongan masyarakat sebagaimana penjelasan diatas
Dalam kontek era modern, kehidupan saat ini diiringi dengan berbagai hal-hal yang serba mudah. Misalkan melakukan hijrah alias merantau bukanlah menjadi sesuatu yang luar biasa. Saat ini kita dapat berkomunikasi dengan orang dimanapun diseluruh penjuru dunia dengan mudah dan murah. Untuk melakukan komunikasi dengan bertatap muka dengan lawan bicarapun bisa dilakukan dengan tarif yang cukup terjangkau
Kemanapun kita pergi, akses untuk menuju tujuan yang ingin kita datangi saat ini sudah mudah dan sudah banyak dibuka rute perjalanan itu dengan pesawat dengan biaya yang sudah terjangkau. Sehingga kemanapun kita merantau atau hijrah kita akan mudah menghubungi sanak saudara dan kawan-kawan di daerah asal dengan mudah dan murah
Lalu apa yang menarik dari pembahasan ini, dan apa kaitan judul dengan tulisan ini? Jadi inti dari apa yang akan saya sampaikan dalam tuisan ini adalah diskusi saya dengan beberapa alumni dari Pondok Pesantren Darul Ilmi Banjar Baru Kalimantan Selatan, yang mengutarakan pendapatnya tentang keinginannya untuk pindah ke Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah
Dia merupakan alumni terbaik di Pesantren Darul Ilmi dan seorang Hafidz, saat itu masih mengajar di Pesantren almamaternya dan memiliki beberapa pengajian di lingkungan tempat tinggalnya. Karena sebagai pendakwah yunior dia merasa agak kesulitan dalam mengembangkan profesinya, sebab dalam beberapa wilayah yang dia tinggali, terdapat juga beberapa pengajian ibu-ibu atau yasinan yang sudah diisi atau dikelola oleh para guru dari Pondok Darul Ilmi yang notabene adalah guru dari teman saya tadi.