Mohon tunggu...
abdul jamil
abdul jamil Mohon Tunggu... Mahasiswa - selalu belajar

Tukang Ketik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dampak Cuan Sawit, Beraqiqah Sapi (bag.1)

4 April 2022   15:00 Diperbarui: 8 April 2022   14:25 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Dokumen Pribadi

"Mil pak sanijan, wingi yembeleh sapi siji, jarene digawe aqiqah ngo ndewee ambe keluargane wong pitu. iku piye hukume, kan aqiqah iku seng bener ngenggo wedus. Ne bocahe wedo wedus siji,  ne lanang wedus loro. lha nek ngenggo sapi opo sah hukum aqiqahe..?"

Itulah pertanyaan yang diberondongkan kepada saya, saat tiba di rumah. belum apa-apa ibu lngsung melontarkan beberapa pertanyaan, tentang hukum aqiqah menggunakan hewan Sapi.

Tanggal 18 Feb 2022, saya pulang ke kampung halaman di Desa Tanjung Hambulu kec. Bajuin Kab. Tanah Laut, Kepulangan saya ini, bukan pulang "resmi" bersama keluarga, tapi menyempatkan mampir ke rumah orangtua seusai  kegiatan perkuliahan saya di UIN Antasari Banjarmasin Kalimantan Selatan,  yang tahun ini sudah memberlakukan Pertemuan Tatap Muka (PTM).

Menarik dari kepulangan saya, adalah adanya kegelisahan orangtua saya (ayah dan ibu) yang kebetulan mereka di"tuakan" di kampung terutama dalam hal urusan agama. maklum daerah saya adalah kampung yang terletak di pedalaman, berada dibawah lereng gunung-gunung yang ada di plehari.

Kampung saya, adalah salah satu desa transmigrasi eks perusahaan Tebu milik pemerintah (BUMN) yang beroperasi di Tanah Laut, sekitar tahun1985 dan sekitar tahun 2000 perusahaan plat merah tersebut dinyatakan bangkrut dan ditutup. para warga eks transmigrasi selanjutnya beralih menanam palawija, karet dan juga sawit.

Tanaman terakhir inilah yang merubah perekonomian warga desa saya. dengan harga jual buah sawit 3000 s.d 3.600 per kilo gram, warga eks transmigrasi ini mampu memperoleh penghasilan 8 s.d 15 juta perbulan sebab rata-rata mereka memiliki tanah pemberian pemerintah seluas 2,5 Hektare dan mempunyai sisa tanah atau beli tanah warga yang pindah tempat

Dampak kenaikan harga sawit ini, berefek pada naiknya perekonomian warga, sehingga banyak diantara warga desa yang bisa memperbaiki rumah, menyekolahkan anak-anaknya di kabupaten pada beberapa sekolah negeri atau swasta yang maju ataupun pesantrean, selain itu banyak diantara warga yang sudah mampu merehab rumah bantuan pemerintah bahkan membeli kendaraan roda empat

Ini tentunya sangat jauh berbeda, dengan kondisi disaat warga transmigrasi masih membudidaya tebu. Pada jaman itu sangat sulit dijumpai warga yang mampu menyekolahkan anak-anaknya keluar kampung ataupun membeli kendaraan.

Selain, perubahan dalam hal ekonomi, semangat beragama juga terasa di desa kami. Dahulu dalam memperingati hari-hari  besar Islam panitia menyelenggarakan kegiatan dengan ala kadarnya, mendatangkan pencermaha di kecamatan atau tokoh-tokoh atau kyae kampung di desa.

Saat ini, setelah menikmati panen raya buah sawit dan juga karet, Perubahan dalam beragama dan selera dakwahnya juga mengalami kemajuan, hari-hari besar Islam dilaksanakan dengan meriah, bahkan banyak diantara warga yang membuat pengajian sendiri di rumah dengan mendatangkan penceramah dari luar daerah.

Untuk penceramah dalam kegiatan Hari Besar Islam, yang diadakan di masjid atau langgar, warga lebih senang mendatangkan para habaib atau ulama-ulama besar dari lintas pulau terkhusus dari pulau Jawa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun