Sosok tua itu sedang menanam padi disawah, dengan tubuhnya yang gemuk dengan beberapa guratan kulit yang mulai menua beliau dengan tekun membungkuk dan menancapkan kumpulan benih yang ada di tangan. Terik panas yang menyengat tak diperdulikan, padahal hari itu adalah bulan puasa. Dimana setiap muslim dan Muslimah megerjakan ibadah puasa
Itulah secuil ingatan saya, yang menggambarkan sosok tua yang penuh kasih sayang pada keluarga, dia adalah ibuku bernama Sukanah. Sebuah nama yang mudah ditebak untuk menentukan kesukuan dari pemilik nama tersebut, pembaca tentu mudah menebak atau familier dengan suku yang namanya diawali dengan "SU"? ya benar, Suku jawa.
Hari ini tepatnya 8 maret adalah Peringatan "Hari Perempuan Sedunia" peringatan hari perempuan sedunia ini telah berlangsung hampir satu abad lamanya, Â adapun untuk tahun ini peringatan hari Perempuan Sedunia mengusung tema "Gender equality today for a sustainable tomorrow, maknanya kurang lebih Kesetaraan gender hari ini untuk masa depan yang berkelanjutan.
Dalam perayaan peringatan hari perempuan sedunia, saya akan bercerita sedikit tentang perjuangan ibu saya yang teramat saya sayang dan cintai. Ibuku adalah sosok yang sangat sesuai dengan tema peringatan perempuan sedunia untuk tahun ini, sebab pekerjaan dan "sepak terjangnya" ibuku sudah mempresentasikan dari tema tersebut. Â
Ibuku seorang suku jawa yang lama tinggal di Kalimantan, mengikuti suami yang mengambil program transmigrasi ke Kalimantan sekitar tahun 1985. Keberangkatan ke Kalimantan oleh keluarga ibu juga keluarga ayah dilepas dengan tangis dan kesedihan sebab kami adalah satu-satunya keluarga dari dua keluarga besar yang berani merantau sejauh itu.
 Terlebih Kalimantan ditahun 1985 (waktu itu) dikenal sebagai daerah yang dianggap oleh keluarga besar kami, sebagai daerah yang suku aslinya (suku Dayak) bisa (maaf) makan manusia. Itulah cerita yang saya tau dari cerita kedua orangtua saat mengenang masa-masa awal keberangkatan ke Kalimantan sebagai warga transmigran.
Ada beberapa Pengalaman yang telah kami lalui, sebagai warga transmigran, yaitu:
Pertama
Air yang mengandung zat besi, Lokasi transmigrasi kami adalah daerah Gambut,yaitu di anjir kabupaten marabahan, dimana zat asam daerah tersebut cukup tinggi, beda jauh dengan air yang ada di jawa. Kondisi ini sempat membuat warga pendatang (transmigrasi) yang stress. Sebab air adalah kebutuhan pokok dalam urusan MCK, beradaptasi dengan kondisi air ini perlu mental dan kesabaran tinggi.