Mahasiswa Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka 2 (Kelompok 2) melaksanakan kegiatan Modul Nusantara pada hari Sabtu, 19 N0vember 2022 di Griya Seni Popo Iskandar. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan modul Nusantara yaitu Inspirasi yang dilaksanakan di Griya Seni Popo Iskandar dengan tema Seminar Diskusi Inspirasi (Rekam Jejak Popo Iskandar sebagai Maestro Seni Rupa dan Pelopor Pendidikan Seni Kota Bandung). Bersama Narasumber Pak Anton Susanto yang merupakan anak dari Popo Iskandar.Â
Popo adalah bagian dari warga masyarakat modern. Sebuah advertensi dalam surat kabar A.I.D. Gang Beunteur 21. Bdg." Dikatakan bahwa R. Popo Iskandar, penduduk Gang Beunteur 21, Bandung. Sedang mencari satu unit sepeda Fongers dengan "harga pantas".Â
Fongers adalah sepeda buatan Belanda. Sepeda adalah salah satu simbol mobilitas manusia modern di indonesia pada masanya. Seperti yang di gambarkan oleh Rudolf Mrazek dalam Engineers Of Happy Land (2022). Sepeda sebagaimana mobil dan kereta api, menawarkan cara baru bepergian kepada masyarakat di tanah jajahan.Â
Beragam merk sepeda seperti Dunlop, Raleigh, Opel, Anker, Fiag, Weil, Torpedo, Diamant, Adler, Gritzner dan Fongers turun ke jalan di kota-kota indonesia sejak permulaan abad ke-20.Â
Harakat Warna Hardiman
Hardiman adalah perintis 'seniman diaspora Bandung' di kancah kemajuan seni rupa Bali. Di sana, ia berjarak dari Bandung namun tak pernah merasa jadi terpisah. Di belakang kesibukannya sebagai pengabar, penulis, kritikus dan kurator seni rupa Bali, Hardiman memelihara khazanah seni Bandung dalam potensi kekuatan warna.Â
Kekuatan warna dalam lukisan Hardiman adalah kode estetik khas, sebagai 'harakat warna' atau 'tanda-tanda baca dalam warna'. Tanda semacam ini tak hanya menjadikan sebuah bentuk punya makna tapi juga terbedakan dari keadaannya yang semula.Â
Peran warna bagi lukisan Hardiman tak hanya menyatakan ekspresi simbolik tapi juga hubungan sintagmatik tanda warna pada masyarakat dan budaya Bali. Bagi Hardiman, harakat warna dalam hubungan sosial-kultural semacam itu adalah dorongan untuk menyatakan tanda bahasa tanpa harus terbatas jadi bentuk komuniksi. Ibarat ungkapan Majnun pada Laila, 'bahasa' yang di ciptakan warna memang bukan soal komunikasi tapi adalah kekuatan eksistensi.Â