Mohon tunggu...
Abdul Hayyi Akrom
Abdul Hayyi Akrom Mohon Tunggu... -

Abdul Hayyi Akrom adalah\r\nDosen dan Peneliti di Institut Agama Islam Hamzanwadi NW Pancor, Lombok Timur, NTB.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sisi Lain Sosok Putra Sulung Presiden Ke-7

19 April 2015   12:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Berita pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming dengan Selvi Ananda tengah meramaikan media di tanah air, baik cetak dan elektronik. Gaya Gibran rupanya telah menjadi tema sendiri bagi insan media dan masyarakat. Gayanya beda. Tidak sama dengan gaya anak presiden-presiden sebelumnya. Kemunculannya di media pun tergolong sangat minim. Penulis sendiri pertama melihat wajah Gibran pada pagi hari, ketika Joko Widodo akan dilantik sebagai presiden ke-7 Republik Indonesia. Melalui media televisi, Gibran Rakabuming terlihat cuek, dan minim bicara pada hari itu.

Dari penampilan pertama yang penulis saksikan, penulis menangkap kesan, bahwa putra sulung presiden tidak suka dengan kerumunan para awak media. Terlihat dari komentar pertamanya yang menuduh, bahwa media pernah memberikan status yang menyinggung Gibran. Info lain yang disampaikan, bahwa dirinya adalah anak muda yang sangat sibuk dengan pekerjaannya.

Pada hari pelantikan itu, sama sekali tidak terlihat kebanggaan dengan jabatan baru sang ayah, yakni menjadi presiden RI. Jika boleh tidak menghadiri acara pelantikan, bisa jadi, Gibran memilih tidak ikut ke Jakarta. Rupanya Ia lebih sibuk dan senang dengan urusan bisnis yang telah dirintisnya di Solo.

Menurut penulis, penampilan pertama Gibran memberi kesan, bahwa Ia ingin dilihat sebagai orang biasa yang memiliki hak pribadi. Meski keradaannya tetap sebagai putra orang nomor satu di tanah air, yang mau tidak mau akan menjadi sorotan media.

Penulis melihat pribadi Gibran sebagai hal yang "istimewa" dalam tradisi dan kebiasaan putra-putri seorang presiden di Republik ini. Sosok Gibran ingin melepaskan diri dengan jabatan anak orang nomor satu di tanah air. Ia ingin dilihat seperti anak muda lainnya yang memiliki pekerjaan dan jauh dari embel-embel pengaruh dan jabatan sang Ayah. Yang kebetulan saat ini menjabat sebagai presiden.

Gibran adalah anak mandiri. Gibran telah memulai usaha sejak muda. ini yang agak unik. Gibran berproses seperti anak lainnya. Bahkan pernah bekerja untuk orang lain. Sampai saat ini, rupanya Ia tidak tertarik untuk memakai nama dan jabatan ayahnya yang memiliki peluang sangat besar untuk "bersulap" dalam bidang apa saja.

Gibran menujukkan dirinya sebagai anak yang muda yang berusaha karena niat, motivasi, dan cita-cita kuat. Tanpa harus membawa nama, jabatan, apalagi pengaruh orang tua. Kemandiriannya ini patut dilihat sebagai sisi yang lain dari seorang Gibran. Selama ini, yang banyak disorot adalah gaya dan sifatnya yang terkesan angkuh, arogan, dan cuek. Sisi mandirinya tidak banyak disoroti. Sepertinya perlu porsi yang seimbang untuk sosok Gibran Rakabuming.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun